Lihat ke Halaman Asli

Imam Muhayat

Karakter - Kompetensi - literasi

Bukan Penyair tetapi Mencoba Memberanikan Diri Mengapresiasi Syair

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14157333791389726901

Pada waktu masih studi saya termasuk penikmat puisi, syair, cerpen, prosa, dan karya-karya yang beraroma sastra. Sebagai penikmat puisi, dll., saya banyak membaca karya-karya seri sastra. Kala-kala, saya mencoba menulis puisi yang hanya saya simpan sendiri. Suatu saat, saya mencoba karya yang saya simpan itu saya kirimkan ke redaksi rubrik puisi, di antaranya majalah kampus Arena dan Suara Minggu Surabaya. Hanya itu saja, saya mencoba mengirimkan karya saya dan pernah di muat satu judul puisi di majalah kampus, dan satu judul lagi di mingguan pagi, Surabaya. Setelah itu tidak pernah lagi mengirimkan ke media masa karya-karya puisi, kalau pun membuat puisi hanya saya simpan sebagai dokumen pribadi.

Semenjak masih duduk di bangku studi, sebetulnya saya sangat berkeinginan dapat berhasil menulis puisi. Hal itu saya buktikan dengan mengikuti berbagai pelatihan jurnalistik dan penulisan puisi di mana informasi itu dapat saya ketahui dan ada kesempatan untuk mengikuti kegiatan tersebut. sebanyak dua kali saya mengikuti pelatihan jurnalistik di Yogyakarta dan di Surabaya serta mengikuti lokakarya penulisan puisi yang  diselenggarakan oleh Cak Nun di Taman Budaya Yogyakarta. Pelatihan memang sangat mendukung tetapi ternyata tergantung individu masing-masing mengembangkan diri dalam berkarya puisi.

Foto Sertifikat Lokakarya Penulisan Puisi di Taman Budaya Yogya, dokumen pribadi

[caption id="attachment_334745" align="aligncenter" width="466" caption="Foto Pelatihan Jurnalistik Lingkungan di Surabaya, dokumen pribadi"]

14157335172111430156

[/caption]

[caption id="attachment_334746" align="aligncenter" width="640" caption="Foto Piagam Pelatihan Jurnalistik IAIN se-Indonesia, dokumen pribadi"]

1415733603143016619

[/caption]

Agar dapat menghasilkan karya memang harus banyak membaca dan menulis puisi. Tanpa istiqamah latihan yang sungguh-sungguh memang tidak mungkin dapat berhasil menulis puisi. Banyak membaca karya seri sastra saja tanpa praktik menulis puisi tidak mungkin juga dengan lancar dapat menulis puisi berujud karya yang bagus. Saya akui hal itu belum sungguh-sungguh saya lakukan selama ini sesuai keinginan agar dapat menulis puisi.

Agar dapat memahami karya sastra dengan baik, terkadang memang harus berbekal berbagai pengetahuan tentang banyak hal. Karena menurut saya banyak puisi dapat ditafsirkan dengan ilmu filsafat, seni, agama, psikologi, dll. Dengan berbekal itu akan sedikit memudahkan dalam  memahami puisi. Akan lebih gamblang lagi manakala dapat menyelami sedalam-dalamnya siapa penulis puisi tersebut. Latar belakang penulis merupakan setengah pemahaman terkait pola pikir dan filosofi yang diangkat dalam membuat tema-tema puisinya.

Tidak ada rotan akar pun berguna. Dengan sedikit tentang pengalaman dan pemahaman puisi, demi tumbuh-kembangnya minat puisi dan sastra umumnya, banyak acara-acara di lingkungan terdekat saya--selalu tidak ketinggalan saya sertakan agenda baca/tulis puisi. Tentu, saya juga mengundang yang berkompeten dalam karya sastra. Anehnya yang saya undang selalu melibatkan saya termasuk dalam dewan jurinya.

[caption id="attachment_334747" align="aligncenter" width="466" caption="Foto Piagam Dewan Juri Puisi, dokumen pribadi"]

1415733735470364039

[/caption]

[caption id="attachment_334748" align="aligncenter" width="640" caption="Foto Piagam Dewan Juri Baca Puisi, dokumen pribadi"]

1415733857428686762

[/caption]

[caption id="attachment_334749" align="aligncenter" width="640" caption="Foto seminar seri sastra, dokumen pribadi"]

1415733941519716141

[/caption]

[caption id="attachment_334750" align="aligncenter" width="640" caption="Foto piagam penghargaan Narasumber, pelatihan dan baca puisi STAI Denpasar, dokumen pribadi"]

14157340341821178123

[/caption]

Realitas semacam itu memaksa saya belajar kembali, sekaligus cambuk agar mendalami dan menyimak kembali karya-karya yang dilombakan atau paling tidak apa saja yang harus dinilai dalam bidang sastra. Hal seperti itu saya lakukan sebagai aksi dan kecintaan saya dalam bidang sastra. Dengan harapan semakin banyak tumbuhkembangnya minat di kalangan pelajar mencintai sastra yang banyak juga mengandung nilai-nilai kearifan yang sangat penting untuk pengayaan cakrawala hidup dalam kehidupan sosial. Imam Muhayat, Bali, 12 November 2014.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline