Lihat ke Halaman Asli

Imam Mugi Lestari

Pendidik Agama Islam

Hari Ini, 75 Tahun Lalu Kiai Hasyim Asy'ari Wafat

Diperbarui: 1 Mei 2020   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ketika sore menjelang malam. Waktu itu, hilal telah tampak di ufuk barat. Pertanda bulan Syaban telah usai. Berganti Ramadhan 1366 H, bulan yang senantiasa dinantikan umat Islam, telah datang. Bertepatan 19 Juli 1947. Seperti biasa, setiap Ramadhan Hadratusysyekh KH. Hasyim Asy'ari menyambutnya dengan ngaji kitab kuning.

Di pesantren Tebuireng yang diasuh oleh Kiai Hasyim memang mengadakan "ngaji pasanan". Salah satu yang menjadi daya tarik para santri selama Ramadan di Tebuireng adalah khataman Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang di bacakan oleh Mbah Hasyim sendiri. Dua kitab hadits paling otoritatif tersebut, dikhatamkannya dalam sebulan.

Namun, ada yang berbeda dengan tahun-tahun yang lalu. Ramadan kala itu, ada kegalauan tersendiri di benak Kiai pendiri NU ini. Saat itu, situasi politik dan keamanan bangasa sedang genting.

Malam itu, tanggal 21 Juli 1947 bertepatan 03 Ramadan 1366 H. Ketika itu waktu menunjukkan jam 9 malam, Kiai Hasyim baru saja selesai mengimami Salat Tarawih. Kemudian, beliau melanjutakan memberikan pengajian kepada ibu-ibu muslimat.

Tak lama kemudian, datanglah seorang tamu utusan Jenderal Sudirman dan Bung Tomo. Kiai Hasyim menemui utusan tersebut. Sang tamu menyampaikan surat dari Jenderal Sudirman.

Isi pesan tersebut memuat tiga hal; Pihak Belanda melakukan serangan militer di wilayah Jawa Timur, kemudian meminta Kiai Hasyim untuk mengungsi ke daerah Magetan agar tidak tertangkap Belanda, pihak TNI di sekitar Jombang diperintahkan membantu pengungsian Kiai Hasyim.

Kemudian, meminta waktu satu malam untuk berpikir dan jawabannya akan diberikan besok. Keesokan harinya, Kiai Hasyim memberi jawaban tidak berkenan menerima tawaran tersebut.

Selang beberapa hari kemudian, tanggal 07 Ramadan 1366 H, pukul 21.00 WIB, utusan Jenderal Sudirman dan Bung Tomo datang lagi, membawa surat untuk disampaikan kepada Hadratussyekh.

Isinya surat tersebut, Bung Tomo memohon Kiai Hasyim mengeluarkan komando jihad fi sabilillah bagi umat Islam Indonesia, karena saat itu Belanda telah menguasai wilayah Karesidenan Malang dan banyak anggota laskar Hizbullah dan Sabilillah yang menjadi korban.

Tak lama berselang, Kiai Hasyim mendapat laporan dari Kiai Ghufron (pemimpin Sabilillah Surabaya) bersama dua orang utusan Bung Tomo, bahwa kota Singosari Malang (sebagai basis pertahanan Hizbullah dan Sabilillah) telah jatuh ke tangan Belanda.

Kondisi para pejuang semakin tersudut, dan korban rakyat sipil kian meningkat. Mendengar laporan itu, Kiai Hasyim berujar, "Masyaallah, Masyaallah..." sambil memegang kepalanya. Lalu Kiai Hasyim tidak sadarkan diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline