Lihat ke Halaman Asli

Imam Kodri

TERVERIFIKASI

Menyikapi Musibah

Diperbarui: 6 Oktober 2017   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MUSIBAH SEBAGAI ANUGERAH BAGI ORANG BERIMAN. Sumber: https://www.pinterest.de/pin/461126449324079221/

Bermacam musibah sering kita alami dari yang bersekala kecil hingga besar, yang datangnya silih berganti. Datangnya kadang tak terduga. Penyebabnya ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Pada prinsipnya penyebab datangnya musibah adalah akibat ulah manusia itu sendiri, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Contohnya musibah banjir , tanah longsor, gempa penyakit menular, kecelakaan angkutan darat udara laut. Jenis musibah tersebut sudah banyak memakan korban, itu semua adalah akibat perbuatan manusia. Dalam tulisan ini saya tidak menuliskan proses dari hubungan sebab akibat, tetapi lebih kepada bagaimana sikap manusia seharusnya, khususnya sikap kaum muslimin. 

Bagaimana sikap kita sebagai kaum muslimin sesungguhnya dalam menghadapi musibah. Kata “musibah” itu sendiri sering diartikan sebagai “bencana”. Ada beberapa kata yang berkaitan dengan musibah atau bencana dalam konteks Al-Qur’an.

 Pertamaada kata “musibah,  ada fitnah,  ada bala,  ada pula azab”. “Musibah” secara kebahasan adalah apa yang menimpa, apa yang mengenai terhadap apa saja”. Misalnya kita menembak sesuatu dengan peluru, dan tepat mengenai sasaran, peluru itulah musibah. Jadi musibah adalah apa yang menimpa. Dengan demikian musibah dapat berkonotasi baik dan dapat pula berkonotasi tidak baik.

Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an:” Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi (An Nisa-79).

Jadi musibah itu bisa baik dan bisa juga tidak baik. Hanya saja dalam pengertian umum, musibah itu selalu dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak baik. Oleh sebab itu dalam ta’rif, kata musibah adalah segala sesuatu yang tidak disukai menimpa diri manusia.

Kedua,adalah “Ftnah”, tentu saja yang dimaksudkan disini adalah pengertian yang diambil dari al Qur’an. Sebab kita ketahui kata fitnah dalam bahasa Indonesia yang umum difahami selama ini , mempunyai pengertian yang berbeda dengan yang dimaksud didalam al Qur’an.

Fitnah dalam bahasa Indonesia adalah berita yang tidak ada dasarnya atau tuduhan yang tidak ada buktinya. Sedangkan dalam konteks al Qur’an, “tiap-tiap yang berjiwa akan mati. Kami kami akan mengujikamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Al Anbiya -35).

Jadi kata fitnahadalah ujian, yang sama artinya dengan “bala”. Fitnah dan bala itu hakekatnya dapat berupa yang baik, misalnya segala kenikmatan, atau sesuatu yang menyenangkan dan dapat pula berupa penderitaan.

Ketiga,adalah “azab”. Para ulama mengatakan azab adalah :”setiap yang dirasakan berat oleh manusia”. Ada juga pengertian azab sebagai hukuman akibat perbuatan yang melawan perintah Alllah dan RasulNya. Azab dalam pengertian ini dibagi dalam dua jenis, ya’ni:

-1. Yang bersifat membinasakan, sebagai hukuman yang ditimpakan kepada umat manusia terdahulu, yang tidak percaya dan tidak mengikuti seruan para Nabi. Mereka dihabiskan oleh allah swt. Menurut para ulama azab jenis ini sejak zaman Nabi Musa AS sudah tidak ada lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline