Memang seorang bernaluri pedagang seperti Arip pandai membaca peluang, hanya dengan instingnya karena kejujurannya ia bisa membaca tanda-tanda; pertama ada peningkatan kesadaran kaum muslimin untuk berkorban di hari mulia Idul Adha 1438 H. Yang kedua, dengan pancainderanya yang masih lengkap Arip juga menilai bahwa jumlah orang kaya kaum muslimin meningkat, buktinya jalanan macet tiap hari isinya mobil-mobil baru, tidak mustahil mereka itu mayoritas adalah kaum muslimin yang menjadi orang kaya baru.
Menurutnya, "mumpung menjelang Idul Adha inilah peluang yang bagus untuk berdagang musiman kambing kurban yang tiap tahun selalu ramai dan meningkat.
Arip (40) bersama Ican (30) keduanya adalah lulusan pesantren, memang pandai membaca peluang. Idul Adha tahun ini menurut penilaiannya sangat menguntungkan. "lapak belum juga dibuka ternyata permintaan kambing kurban dari para pelanggan saya tahun ini lebih banyak dibanding tahun lalu" katanya. "Sejak memasuki bulan Zulhijah sudah banyak permintaan hewan kurban, Inilah peluang yang tidak boleh saya abaikan begitu saja" ujarnya.
"oleh sebab itu sejak 20 Agustus 2017 saya memutuskan untuk beralih profesi dari tukang bengkel menjadi pedagang kambing kurban," ujarnya. Walaupun profesi ini sifatnya sementara setidaknya seperti tahun-tahun sebelumnya selalu dapat keuntungan yang lebih baik ketimbang menjadi tukang begkel motor, "katanya.
Menurutnya bulan haji tahun ini jualan kambing atau hewan kurban lainnya diperkirakan akan laku keras. Maka dengan sigapnya, Arip membuka lapak baru untuk berjualan, dipilihnya lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggalnya yaitu dipinggir jalan Pangeran Jayakarta.
Menurut perhitungan naluri dagangnya dengan membuka lapak di pinggiran jalan Pangeran Jayakarta, Cipinang, Jakarta Timur, banyak sisi keuntungannya. Yaitu sangat strategis karena dekat dengan banyak perumahan mewah disekitarnya, kedua di wilayah Cipinang Jakarta Timur paling banyak masjid dan komunitas pengajian, kondisi demikian menurutnya pastilah banyak membawa berkah dan keuntungan.
Dia melanjutkan "Sedikit kerugiannya, mudah-mudahan tidak terjadi, membuka lapak di pinggiran Jalan Pangeran Jayakarta selalu diliputi rasa was-was karena nggak berijin, diakhawatirkan digusur Satpol PP. "Tetapi Alhamdulillah ternyata ada mobil Satpol PP lewat, mereka cuek-cuek saja" ujarnya.
Bersama Ican ia kulakan dagangannya sampai ke Cianjur, kepada langganannya yang sudah dibinanya selama puluhan tahun. Karena sudah menjadi langganan tetapnya sejak tahun 2002, ia boleh mengambil 50 ekor kambing atau lebih, tanpa uang jaminan. Kepercayaan yang diberikan ia jaga sebaik-baiknya.
Itulah sebenarnya kunci dalam berbisnis, harus pandai menjaga saling percaya dan disiplin, terutama soal pembanyaran. Alhamdulillah saya belum pernah mengalami kerugian sejak menjalin bisnis kambing korban dengan orang-orang Cianjur, "ujarnya. Hari Raya Qurban sudah tinggal beberapa hari lagi, 42 ekor kambing dagangan miliknya sudah laku terjual, Arip dan Ican sekarang hanya menunggu sisa barang dagangannya yang belum terjual tinggal 8 ekor.
Rupanya daya beli masyarakat Jakarta lagi bagus harga kambing milik Arif yang termurah ia jual Rp 3 jutaan dan paling besar miliknya ia jual Rp 4 jutaan. Ia dan temannya kebetulan tahu cara memilih kambing-kambing sehat, yang sesuai dengan syari'at untuk menjadi hewan kurban. Kalaupun ada pembeli yang menawar, angkanya tidah terpaut jauh dengan harga rata-rata kambing milik Arip.
Dalam berjualan, Arip memberikan pelayanan kepada konsumen sampai tuntas. Konsummen boleh menitipkan kambingnya sampai hari H penyembelihan, tanpa dipungut biaya tambahan.