Lihat ke Halaman Asli

Imam Kodri

TERVERIFIKASI

Dalam Pertarungan Politik Golkar, Ical Selamat dengan 5 Strategi

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Biasanya dalam prinsip berorganisasi kaderisasi sebuah organisasi adalah bagian tak terpisahkan dengan tujuan organisasi, apalagi sebuah organisasi partai politik yang nyata-nyata diperuntukan untuk mendapatkan kekuasaan atau jabatan baik didalam pemerintahan maupun didalam lembaga legislatif, setidaknya organiasasi partai politik sebesar GOLKAR sangat berkepentingan untuk itu.

Sebab tanpa terisi oleh kader-kader yang berkualitas sebuah organisasi partai politik ibarat macan ompong, bahkan dapat dipersamakan tidak lebih dengan seekor keledai, yang menurut kemanapun tuannya memerintah. Hal ini seperti yang sedang dilakukan oleh Partai GOLKAR dibawah kepemimpinan ARB.

Isyarat yang sangat jelas dilakukan oleh ARB adalah dengan melakukan bersih-bersih partai jauh hari sebelum munas yang ke IX berlangsung, melalui pemecatan kader berkualitas dari tubuh GOLKAR seperti Nusron Wahid, Poempida Hidayatullah, dkk, dengan berbagai varian alasan yang dianggap mengganjal bagi perjalanan politik ARB.

Langkah lain yang ditempuh ARB agar posisi dirinya tak menghalami ganjalan adalah dengan cara pengkucilan kader-kader berpengaruh seperti Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, dll. Dalam arena munas yang digelar di Bali ARB telah banyak mempersiapkan metode-metode untuk menyisihkan kader-kader GOLKAR yang mau coba-coba tampil untuk bersaing dengan dirinya.

Tidak peduli kader yang selama ini amat sangat dekat seperti Agung Laksono , Proyo Budi Santoso, dkk. ICAL yang tidak segan-segan menghalalkan segala cara demi ambisinya. Motif paling utamanya adalah menyelamatkan lahan bisinis yang dimilikinya mulai dari Papua sampai Sumatera, Kalimantan, Jawa dan hampir disetiap sudut ruang nusantara telah dijelajahi bisnis ICAL.

Itulah langkah-langkah ARB dalam mejalankan ambisi politiknya agar tak ada persaingan yang dapat mengancam kedudukannya sebagai ketua umum partai berlambang beringin itu, hanya karena motif pribadinya LHS (lapar, haus dan Sex).

Jika diamati dengan hati jernih, sesungguhnya ICAL sangat tidak peduli terhadap partainya, apakah akan menjadi partai besar atau kecil, bagi ARB tidaklah penting, karena sesungguhnya ia menyadari sepenuhnya banyak kegagalan sejak ia memegang kepemimpinan partai GOLKAR setelah kepemimpinan Yusuf Kalla.

Yang teranyar tak mungkin dapat disembunyikan dari pengetahuan publik adalah kegagalan partai GOLKAR untuk meraih suara terbanyak hasil pemilu legislatif, semula ditargetkan mendapatkan 30 % suara nasional, apa hendak dikata semua itu hanya sebatas angan-angan, kenyataan sesungguhnya disamping perolehannya yang menurun masih untung dapat posisi nomor 2 setelah PDIP yang mendapatkan suara hampir mencapai 20 % kurang sedikit, kenyataan yang pahit adalah perolehan kursi legislatif yang hanya separohnya jika diperbandingkan dengan hasil pemilu legislatif 2004.

Apa yang kita saksikan sekarang ini GOLKAR akan bernasib serupa, kalaupun tidak sama persis, seperti akan terjadi lepasnya kader-kader nomor satu partai yang memisahkan diri dari kepengurusan bahkan keluar dari keanggotaan partai, sejak 1999, 2004 dan 2009.

Sutiyoso memisahkan diri dengan mendirikan PKPI, disusul 2004 Wiranto setelah mendapat gaya pertemanannya dengan ARB dalam dunia politik sering menggunakan cara-cara licik, karena setengah disingkirkan hanya karena tidak sejalan dalam menjalankan garis-garis kebijakan partai, mau tidak mau keluar dari GOLKAR dan mendirikan HANURA, yang konstituennya jelas sekali berasal dari GOLKAR bukan dari PKB, PAN, atau PPP,Karena Wiranto memang tidak dekat dengan pemilih ketiga parta agama tersebut, itu berarti secara tidak langsung ICAL ikut bertanggung jawab kehancuran GOLKAR.

Hebatnya lagi di tahun yang sama kader yang pernah melepaskan diri dari ARB dan ternyata lebih profesional dalam mengelola sebuah partai politik, seorang yang sangat diperhitungkan, tokoh yang sangat berbakat dan ahli strategi yang kedekatannya dengan GOLKAR karena mertuanya yang mantan presiden.

Seseorang yang tidak sedikit jasa dan pengabdiannya kepada partai, kelemahannya hanya ada bayang-bayang pewaris kediktatoran Suharto dan terindikasi pernah melakukan pelanggaran HAM berat, akan tetapi dengan kepandaian dan keluwesannya mampu mendirikan partai yang sangat diperhitungkan kedepannya. Dialah Prabowo Subianto dengan GERINDRA-nya,yang kini menjadi motor penggerak sebagai ketua presidium dalam koalisi KMP, yang sebenarnya menjadi bayang-bayang ketakutan bagi ARB sendiri.

Prabowo Subianto bahkan sanggup berganti mempengaruhinya terhadap ICAL, bahkan menggunting dalam lipatan, dulu adalah seorang kader GOLKAR yang dikirikan oleh ARB, setelah menahan diri dari rasa kesalnya karena ngak dianggap oleh ARB akhirnya lepas selepas-lepasnya dan mendirikan GERINDRA yang pada akhirnya malah menjadi rujukan bagi ARB ketika menghadapi problem serius seperti sekarang ini yang dihadapi GOLKAR.

Sejarah terus berjalan, sejarah terus berulang, itu hanya khusus partai GOLKAR, seperti yang dialami oleh partai besar selain dari GOLKAR itu tak akan pernah terjadi. Dengan kata lain tak ada yang dapat menyamainya terhadap GOLKAR dalam soal menyiksa dirinya sendiri.

Siapapunyang menguasai GOLKAR akan mendapat semacam kutukan primordialistik menjadikan sesorangterjangkiti rasa kibir, kebanggan yang berlebihan, otoriter, dan berujung perubahan sifat yang aneh pada diri seseorang siapapun dia yang menjadi ketum GOLKAR.

Ia akan lupa daratan tidak mengetahui manakawan yang sebenarnya. Rasa kecurigaan yang mendalam kepada lawan-lawan politiknya , yang dianggapnya setiap lawan politik harus disingkirkan, tidak terkecuali mereka para politisi yang berada dalam satu barisan partai GOLKAR.

ARB berkeyakinan harus memenangkan dalam memperebutkan tampuk pimpinan di tubuh GOLKAR. Walaupun harus dengan cara yang tidak elegant sebagai tokoh sekaliber Aburizal Bakrie. Kayaknya setiap kali diselenggarakan Munas GOLKAR akan diwarnai dengan perpecahan internal partai.

Yang terakhir di tahun 2009 masih segar dalam ingatan kita, siapa tidak mengenal Surya Paloh Ketua Umum Partai NasDem mengungkapkan banyak hal terkait alasan-alasan dirinya meninggalkan Partai GOLKAR dan memutuskan mendirikan partai NasDem lantaran kecewa dengan partai berlambang pohon beringin itu lebih tepatnya bukan kepada partainya tetapi kepada seorang ARB-nya.

Kata Surya Paloh kala itu, dalam pernyataannya, ia menyampaikan berpolitik harus menggunakan pendekatan, termasuk pendekatan akal pikiran, emosi diri bahasa hati dan nurani. Menurutnya yang demikian itu tidak dia dapatkan di partai yang lama (GOLKAR). Pendirian partai juga harus berdasarkan kepada idealism untuk mempertahankan NKRI dan mensejahterakan rakyat yang berkeadilan, bukan dendam pribadi, bukan motif pribadi, apalagi hanya bertujuan untuk membesarkan dan mempertahankan lahan bisinisnya.

Dari uraian seperti daiatas dapat disimpulkan bahwa ARB akan tetap menggunakan cara-cara apapun untuk memenangkannya dalam memperebutkan Ketum GOLKAR.

Perrtama: Yaitu yang biasa ia lakukan adalah politik uang, yang disinyalir oleh banyak pihak telah berlangsung jauh sebelum munas ke IX.

Kedua: menyingkirkan dengan segala daya upaya kader-kader yang menjadi pesaingnya, a.l Priyo Budi Santoso, Hajriyanto Y Thohari, Agung Laksono, MS Hidayat, Agus Gumiwang Kartasasmita, Airlangga Hartarto, dan Agun Gunanjar, pengucilan satu diantaranya untuk membuat mereka akan menyingkir dengan sendirinya atau dengan terpaksa.

Ketiga: Membuat janji-janji manis dan muluk, seperti yang ia biasa lakukan. Seperti janji akan mengucurkan dana sebesar 1 triliyun dari kantong pribadinya untuk pembangunan gedung sebelas lantai untuk keperluan secretariat dewan pimpinan pusat, yang hingga kini tak kunjung dipenuhinya.

Keempat: Menjanjikan jaminan pembayaran premi asuransi ratusan juta rupiah kepada setiap kader yang terpilih menjadi anggota dewan. Kelima: Bantuan dana kepengurusan partai GOLKAR untuk DPD Tk I dan II. Semua janji-janji dari ARB adalah taktik untuk meraih dukungan sebagai Ketum GOLKAR, akan tetapi bagi kader yang paham akan tipudaya politik ICAL, pasti tidak akan terpengaruhinya, sebabnya haya satu kata, ICAL tidak akan pernah dapat membayar janji-janji yang sudah diucapkannya

Kelima:Mempermainkan komitmen-komitmen yang pernah dibuatnya terhadap para tokoh pimpinan partai yang lain, menyangkut penjadwalan munas GOLKAR, semula oktober 2015, dirubah menjadi oktober 2014, dirubah lagi menjadi Januari 2015, dan pada akhirnya dirubah lagi menjadi awal desember 2014, semua itu untuk membuat keder/bingung para pesaing-pesaingny agar mereka tidak dapat melakukan konsolidasi internal maupun eksternal secara tepat.

Pada akhirnya hanya ARB lah yang menguasai medan tempur, baik dari sisi waktu, persiapan dan kesiapan pasukan pendukung-pendukungnya, logistik dan taktik, dan semua yang dibutuhkan dalam pertempuran akbar di Bali.

Jakarta, 2 Desember 2014, Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline