[caption id="attachment_450" align="aligncenter" width="448" caption="Source: dolormangceg.blogspot.com"][/caption] “Travelling is not just about destinations, the main points are about learning and enjoying everything along the trip”
Backpacker. Ya, istilah itu mungkin saat ini sudah sering kita dengar. Apalagi bagi kaum muda (melek informasi), tentu sudah tidak asing dengan istilah itu. Tapi, pernahkah kita iseng meluangkan waktu sebentar untuk memikirkan makna dari istilah Backpacker tersebut? Okay, kali ini saya akan mencoba menggali makna dari kata “BACKPACKER”. Yang perlu digarisbawahi adalah referensi yang saya gunakan adalah kamus saya sendiri (ImamHariyanto.com), jadi penggalian makna ini akan bersifat sangat subyektif, dan tentu saja orang lain sangat berhak dan boleh memaknainya berbeda dengan saya. :D
Backpacker diadopsi dari istilah asing, tepatnya Bahasa Inggris. Kata dasarnya adalah backpack yang artinya tas ransel (tas gendong). Dulu lebih dikenal akrab sebagai tas para tentara, disebut rucksack, artinya juga sama, mengacu pada sebuah tas gendong dalam Bahasa Indonesia. Sampai saat ini, istilah backpack populer digunakan oleh para pelancong atau turis sebagai sebutan untuk tas bawaan mereka. Jika backpack adalah sebutan untuk tasnya, maka backpacker adalah sebutan untuk orang yang membawa tas tersebut. Nah, masalahnya adalah, apakah semua turis termasuk backpacker? Jika kita memaknai semua orang yang bepergian ke suatu tempat wisata sebagai turis, maka saya setuju. Kata turis adalah adopsi dari kata dalam Bahasa Inggris, tourist, yang artinya orang bepergian ke tempat wisata, bisa pergi sendirian, menjadi bagian dari peserta tur, atau menjadi delegasi dari organisasi/perusahaan untuk kegiatan perjalanan tertentu. Just that! Apakah turis sama dengan backpacker? Tentu saja tidak bisa disama-artikan. Mengacu pada berbagai definsi yang bertebaran di internet (bisa googling sendiri :D), Backpacker identik didefinisikan sebagai: aktivitas traveling dengan dana efisien dan kepuasan maksimal; transport yang penting bisa nyampek, tidur yang penting bisa merem, makan yang penting bisa kenyang; pergi jalan-jalan ke tempat baru dengan menggendong tas ransel di punggung; dan masih banyak lagi definisinya. Jika kita cermati, ada beberapa hal yang membedakan antara seorang backpacker dengan seorang turis. Berikut ini akan saya coba sederhanakan perbedaannya. Hal Pembeda Backpacker Turis Biaya / pengeluaran Sehemat mungkin Tergantung jadwal tur Rencana perjalanan Bebas menyusun sendiri Tergantung jadwal tur Tujuan atau destinasi Bebas menentukan sendiri Tergantung jadwal tur Barang bawaan Seperlunya saja Tergantung jadwal tur Orientasi perjalanan Belajar hal baru & wisata Tergantung tujuan tur Sudah cukup jelas ‘kan? Backpacker tidak sama dengan turis dan memang tidak bisa disamakan. Tentu saja, karena di sini, saya mengasumsikan turis sebagai bagian dari peserta tur atau delegasi organisasi/perusahaan pada suatu kegiatan tertentu. Turis akan bergantung pada rencana perjalanan dan jadwal kegiatan yang ditetapkan oleh tour guide atau panitia perjalanan/kegiatan, sedangkan seorang backpacker bebas memutuskan semuanya sendiri. [caption id="attachment_452" align="aligncenter" width="448" caption="Source: www.barwhiz.com"]
[/caption] Ketika berbicara mengenai pribadi seorang backpacker, ada beberapa hal yang secara esensial membedakannya dengan pribadi seorang turis. Seorang backpacker dituntut untuk mandiri dalam berbagai hal, mulai dari membeli tiket perjalanan, membayar ongkos transportasi, membeli makanan, menyewa kamar tempat menginap, dan lain-lain dari mulai keberangkatan sampai dengan kembali ke tempat asal. Seorang backpacker juga memiliki kebebasan dalam membuat rencana perjalanan (itinerary), mencari tiket alat transportasi, memutuskan tempat di mana akan tidur (bisa penginapa, hotel atau pun menginap di rumah orang lain), menentukan destinasi dan tujuan perjalanan sehingga lebih bebas dalam belajar dari tempat dan orang baru selama perjalanan. Selain itu, seorang backpacker juga lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Maksudnya? Tentu saja karena backpacker tidak dalam “perlindungan” sebuah panitia perjalanan, dia jalan-jalan sendiri ‘kok. Soal keamanan dirinya dan barang bawaannya, atau bahkan soal kepuasannya dalam menikmati perjalanan, seorang backpacker bertanggung jawab penuh untuk semua itu. Jika dipraktekkan mungkin akan seperti ini. Kita umpamakan ada dua opsi perjalanan untuk mengunjungi Festival Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Pertama, kita menjadi delegasi organisasi/perusahaan untuk datang ke festival tersebut dengan tujuan yang telah diberikan oleh organisasi/perusahaan tersebut. Kedua, kita sendiri yang ingin mengunjungi festival tersebut sehingga harus mengatur semua sendirian. Coba kita bayangkan seandainya kita bisa melakukan kedua opsi tersebut, kira-kira apakah pengalaman yang didapat sebelum, selama, dan sesudah festival tersebut akan sama? Pasti sudah bisa membayangkan bedanya ‘kan. :D Lalu, saya termasuk yang mana? [caption id="attachment_451" align="aligncenter" width="448" caption="Imam backpacking di Kete"]
[/caption] Secara pribadi, saya lebih suka menjadi backpacker. Alasan utama adalah karena pengalaman yang saya dapatkan jauh lebih banyak dan berkesan. Namun, ini bukan berarti saya mengatakan bahwa backpacker lebih baik daripada turis, atau pun sebaliknya. Sama sekali tidak ada maksud seperti itu. Bisa saja sebagian orang suka menjadi turis, misalnya, karena semua biaya ditanggung organisasi/perusahaan alias gratis. Bisa saja sebagian yang lain suka menjadi backpacker karena alasan mendapatkan pengalaman yang berharga dalam perjalanan. Tidak ada yang salah dengan itu semua. Menjadi apa yang disukai itu manusiawi 'kok. Saya pernah beberapa kali menjadi delegasi organisasi dan kantor untuk kegiatan ‘jalan-jalan’, dan pernah beberapa kali backpacking juga, artinya saya benar-benar mengerti pengalaman yang saya dapat dari kedua kegiatan ‘jalan-jalan’ tersebut. Jadi ini murni kesan pribadi diri saya tanpa ada maksud mengecilkan manfaat dan pengalaman dari kegiatan manjadi turis dan backpacker. Tujuan saya menulis artikel ini hanya untuk memperjelas makna dari menjadi seorang backpacker dan turis yang tidak sama dan memang tidak bisa disamakan. Sesederhana itu :D Disclaimer: Tulisan ini sebelumnya telah diterbitkan dalam blog pribadi penulis pada tautan ini (click here). Penulis bisa dihubungi melalui Twitternya: @imamhariyanto_ atau melalui blognya:contact me
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H