Lihat ke Halaman Asli

Imam Rahmadi

Dosen. Peneliti. Penulis.

Pengalaman Menjadi Moderator Iskandar Zulkarnaen di Teacher Writing Camp 3

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13886803971631907068

Ketika ada seorang guru mengajar, namun muridnya cenderung tidak perhatian, mengantuk, bahkan ada yang tertidur, siapakah yang harus dibangunkan? Jawabannya, yang harus dibangunkan adalah gurunya.

Pepatah Tionghoa kuno itu saya gunakan sebagai kata pembuka ketika saya menjadi moderator Teacher Writing Camp 3 atau TWC 3 di hari pertama, sabtu, 28 Desember 2013. Saya membawakan penyampaian materi sesi ketiga, di siang bolong, kurang lebih pukul setengah dua, dan setelah makan siang. Bayangkan? Bagi saya ini sesi yang amat sangat rawan. Beruntunglah, pepatah tionghoa kuna tadi lumayan bisa membangkitkan suasana.

TWC merupakan pelatihan guru menulis tingkat nasional. TWC 3 mengangkat tema “Menulis dan Nge-blog”. TWC 3 diikuti sekitar 45 guru dari berbagai daerah di Indonesia, diselenggarakan di Wisma Universitas Negeri Jakarta selama dua hari, sabtu dan minggu, 28 dan 29 Desember 2013. TWC diselenggarakan setiap 6 bulan sekali oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) cabang Bekasi. TWC 1 dan 2 sudah berlangsung dengan sukses setahun yang lalu. Penggas dibalik konsep TWC adalah seorang guru dan juga blogger bernama Wijaya Kusumah atau sering dipanggil Omjay.

Sesi ketiga di hari pertama TWC, diisi dengan materi bagaimana mengirimkan tulisan di media online dan cetak. Tepat di sebelah kana saya, sudah ada orang yang sudah tidak asing lagi bagi saya. Pertemuan terakhir saya dengannya sekitar empat bulan yang lalu, saya diinterview olehnya sebagai kandidat calon Moderator Kompasiana. Orang yang saya maksud adalah Iskandar Zulkarnaen; editor Kompasiana, blogger, penulis, dan juga seorang ayah yang baik, sudah siap untuk menyampaikan materinya.

1388680579996063181

Meski di siang bolong, Iskandar Zulkarnaen atau biasa dipanggil Isjet menyampaikan materi dengan penuh semangat, disambut sebaliknya dari Bapak dan Ibu guru peserta TWC menyimak dengan penuh antusias. “Mengirimkan tulisan ke media cetak maupun online, sebelumnya harus tahu karakteristik media tersebut, namun yang lebih mudah adalah Bapak dan Ibu guru sekalian bisa mempublikasikan tulisan di blog masing-masing,” sepotong kalimat Mas Isjet dalam penyampaian materinya.

Setelah penyampaian materi, saatnya masuk pada sesi tanya jawab. Banyak sekali peserta yang ingin bertanya, namun karena keterbatasan waktu hanya enam penanya yang bisa mengajukan pertanyaan. Ada satu pertanyaan yang menggelitik, “di Kompasiana sering kali ada ajang kompetisi kepenulisan, kenapa bisa begitu?”, tanya salah satu peserta. “dulu, perusahaan atau instansi mengundang wartawan untuk konferensi pers bermaksud mensosialisasi produk atau programnya, namun sekarang keadaan sudah berubah, perusahaan dan instansi tersebut melakukan jemput bola, mengundang keterlibatan warga”, jawab Mas Isjet.

Satu hal yang kemudian tertangkap di benak saya, warga atau warga dunia maya khususnya, lebih khusus lagi adalah blogger, sepertinya semakin diperhitungkan peranannya. Ini merupakan kabar gembira. Hingga akhirnya, diakhir acara saya menanyakan kepada Bapak dan Ibu guru peserta TWC, apakah masing-masing dari mereka sudah memiliki blog. “Karena orang yang tidak memiliki blog di dunia maya, itu ibarat orang yang tidak memiliki muka di dunia nyata.” Kalimat penutup saya, sebagai moderator, mengakhiri sesi penyampaian materi ketiga TWC 3 hari pertama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline