Lihat ke Halaman Asli

Imam Setiawan

Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Bebaskan Pikiran : cara menghentikan Overthinking dan Mengambil Kendali Hidup

Diperbarui: 9 Desember 2024   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

milik pribadi

"Bebaskan Pikiran: Cara Menghentikan Overthinking dan Mengambil Kendali Hidup"

Ada saat-saat ketika pikiran kita terperangkap dalam pusaran yang tak berujung mengingat ucapan yang menyakitkan, keputusan yang belum diambil, atau kesalahan yang terasa seperti bekas luka abadi. Sebagai manusia, merenung itu wajar. Namun, ketika renungan berubah menjadi overthinking, kita mulai membayar harga yang mahal: kehilangan kebahagiaan, waktu, dan koneksi dengan kehidupan nyata.

Saya, Imam Setiawan, seorang individu dengan disleksia dan ADHD, paham betul bagaimana pikiran bisa menjadi teman sekaligus musuh. Dengan kondisi ini, seringkali saya merasa tenggelam dalam kekacauan mental, memikirkan segala sesuatu secara berlebihan. Pernahkah saya cukup baik sebagai seorang guru? Apakah saya cukup membantu anak-anak yang membutuhkan saya? Pikiran-pikiran ini kadang berlarian seperti anak-anak hiperaktif di kepala saya, tanpa jeda.

Menurut penelitian dari Clinical Psychology Review (2022), overthinking atau yang sering disebut rumination adalah salah satu penyebab utama depresi dan kecemasan. Dr. Susan Nolen-Hoeksema, seorang ahli psikologi, menyebutkan bahwa rumination terjadi ketika kita terus memikirkan masalah tanpa mencari solusi, yang akhirnya menciptakan siklus destruktif dalam pikiran kita. Dalam otak yang sibuk, seperti otak seseorang dengan ADHD atau disleksia, overthinking ini bisa terasa jauh lebih melelahkan.

Namun, penelitian terbaru menunjukkan ada cara untuk keluar dari jebakan overthinking. Mindfulness atau kesadaran penuh menjadi salah satu pendekatan yang terbukti efektif. Dalam sebuah studi oleh Harvard University (2023), mindfulness training dapat menurunkan tingkat aktivitas di bagian otak yang bertanggung jawab atas rumination. Fokus pada pernapasan dan menyadari momen saat ini memberikan ruang bagi otak untuk beristirahat dari siklus pikiran yang berlebihan.

Saya belajar teknik ini dari pengalaman pribadi. Ketika pikiran saya mulai berlarian seperti kuda liar, saya mencoba duduk sejenak, menutup mata, dan fokus pada napas. Saya ingat saat pertama kali mencobanya, ada rasa aneh seperti suara dalam kepala saya perlahan mereda. Bukan berarti pikiran itu hilang, tetapi saya belajar untuk tidak memberikan mereka kekuatan penuh.

Selain itu, saya menemukan kekuatan dalam journaling. Sebagai seorang dengan disleksia, menulis kadang adalah tantangan. Namun, menulis pikiran di atas kertas membantu saya memilah mana yang penting dan mana yang hanya kebisingan. Menurut Journal of Experimental Psychology (2023), journaling secara teratur dapat membantu mengurangi beban mental, karena pikiran yang terperangkap dalam kepala seringkali terasa lebih besar daripada yang sebenarnya.

Hidup dengan disleksia dan ADHD mengajarkan saya satu hal penting: tidak semua pertanyaan membutuhkan jawaban segera, dan tidak semua masalah perlu dipikirkan sekaligus. Saya pernah merasa seperti seorang pendaki yang membawa beban terlalu berat, tanpa menyadari bahwa saya punya hak untuk berhenti dan menata ulang tas saya.

Jadi, bagaimana kita bisa berhenti dari overthinking?

  1. Fokus pada solusi, bukan masalah. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa langkah kecil yang bisa saya ambil sekarang?"
  2. Praktikkan mindfulness. Jadikan pernapasan sebagai jangkar yang membawa kita kembali ke momen saat ini.
  3. Tuliskan pikiran Anda. Kertas tidak akan menghakimi, tetapi ia akan membantu Anda memahami.
  4. Lakukan sesuatu yang sederhana. Jalan-jalan, berbicara dengan teman, atau mendengarkan musik favorit Anda. Terkadang, tindakan sederhana bisa membawa kejelasan yang luar biasa.

Di akhir hari, penting untuk menyadari bahwa hidup ini bukan tentang menyelesaikan semua teka-teki sekaligus. Kadang, cukup dengan melangkah maju satu langkah demi satu langkah. Seperti yang saya pelajari dalam perjalanan saya, ketenangan tidak datang dari mengendalikan segalanya, tetapi dari melepaskan apa yang tidak bisa kita kendalikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline