Lihat ke Halaman Asli

Imam Setiawan

Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Otak Disleksia: Sebuah Dunia yang Berbeda

Diperbarui: 29 September 2024   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

aku dan dia/dokpri

Ada sesuatu yang istimewa dan berbeda di dalam otak seorang anak dengan disleksia. Perbedaan ini terasa begitu dalam, terutama di bagian otak kiri. Bagi mereka yang tidak mengalami disleksia, otak kiri adalah tempat kata-kata dipecahkan menjadi suara, diucapkan dengan diam atau keras, dan akhirnya ditulis dalam bentuk huruf-huruf yang bermakna. 

Namun, bagi anak dengan disleksia, otak mereka tidak bekerja dengan cara yang sama. Kesulitan itu muncul ketika mereka mencoba mendekode fonetik---mengubah simbol menjadi suara, lalu merangkai suara-suara tersebut menjadi kata. Begitu pula saat mereka berusaha menyandikan kata-kata menjadi tulisan. Otak mereka seolah berusaha keras, tetapi pintu utama untuk proses ini sering kali tertutup.

Namun, jangan salah. Anak disleksia bukan berarti tidak bisa belajar. Mereka hanya menemukan cara yang berbeda, cara yang mungkin tak lazim. Mereka adalah pelajar "pintu belakang," yang meski jalur utama tertutup, selalu mencari jalan lain. Kreativitas mereka seperti aliran sungai yang tak pernah berhenti mengalir. Mereka mungkin tak melangkah dari "A" ke "B" ke "C" seperti anak-anak lainnya, tetapi entah bagaimana mereka tetap sampai di tujuan. 

Kadang-kadang mereka harus melewati "B," memutar dua kali di sekitar "F," lalu tiba di "C" dengan cara yang tidak biasa. Tapi bukankah itu yang membuat mereka istimewa? Perjalanan melalui jalur yang tak konvensional ini memberi mereka kesempatan untuk melihat lebih banyak, berpikir dengan cara yang berbeda, dan menemukan kekuatan dalam setiap tantangan. Mereka bukan hanya kreatif, tetapi juga tangguh, lebih kuat dari yang kita kira.

Ada perbedaan lain yang terletak pada struktur saraf di otak mereka. Neuron di otak anak disleksia diatur dalam kolom-kolom kecil, atau "menara" saraf, yang berjajar lebih jauh satu sama lain dibandingkan dengan otak orang pada umumnya. Hal ini menyebabkan sinyal saraf harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mencapai sinapsis. Namun, justru di sinilah keajaiban itu terjadi. 

Perjalanan sinyal yang lebih panjang ini membawa kemampuan luar biasa mereka bisa melihat inti dari masalah dengan cepat, memahami dilema, menghasilkan ide-ide kreatif, dan merangkai berbagai pemikiran dengan cara yang unik. Mereka adalah pemikir 3-D yang hebat, pemikir visual yang mampu melihat gambaran besar, merangkai ide-ide, dan selalu berpikir di luar kotak.

Otak seorang penderita disleksia seperti jaring laba-laba. Setiap pikiran, setiap perasaan, dan setiap pengalaman terhubung satu sama lain dengan cara yang begitu kompleks, tetapi juga indah. Mereka tidak hanya berpikir dengan sisi kanan otak yang visual, tetapi juga menghidupkan ide-ide dengan cara yang tidak biasa. Bayangkan otak sebagai sebuah kamus. 

Bagi kebanyakan orang, ketika ada informasi baru yang datang, otak akan mengarsipkannya dengan rapi. Saat seseorang bertanya, otak tahu persis di mana mencarinya. Tetapi bagi anak disleksia, otak mereka lebih seperti Instagram. Sebuah aliran gambar tak berujung, di mana gambar-gambar baru terus ditambahkan setiap saat. Mereka mencari jawaban seperti menggunakan hashtag di Instagram terkadang, hashtag itu tidak selalu membawa kita ke gambar yang tepat, kita bisa tersesat dalam lautan gambar, dan bahkan lupa apa yang sedang kita cari.

Namun, di situlah keajaiban terjadi. Dari kekacauan gambar-gambar yang saling bertumpukan, anak disleksia sering kali menemukan hubungan-hubungan yang luar biasa, yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Hubungan antara hal-hal yang mungkin tak terlihat oleh orang lain. Ya, ini membawa tantangan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi begitu kita menyadari arti sebenarnya dari disleksia, kita akan paham bahwa ini bukan sesuatu yang bisa disembuhkan---tetapi sesuatu yang bisa dipahami. Dan pemahaman itu adalah langkah pertama untuk menghargai betapa berbedanya cara mereka memandang dunia.

"Otak anak disleksia memiliki beberapa perbedaan menarik yang merupakan keunggulan berbeda. Misalnya, anak disleksia dengan mudah dan cepat melihat "gambaran besar" dengan cara yang unik dan kreatif yang memungkinkan mereka untuk berinovasi (Steve Jobs), secara sayarat memprediksi hasil seperti di dunia keuangan (Charles Schwab) memahami pendahulunya (ahli paleontologi Jack Horner), atau untuk mengekspresikan dengan cara-cara kreatif yang baru (Pablo Picasso)."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline