Lihat ke Halaman Asli

Ayahku Pecandu

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak memaksakan menulis judul di atas hanya untuk mencari sensasi. Ini hanya berdasarkan apa yang saya alami. Ayah adalah seorang 60 tahun pengidap diabetes. Setiap pagi yang saya lihat dia menyuntikkan sejenis obat dengan kemasan serupa dengan pena dan mengonsumsi beberapa jenis obat oral, salah satunya bernama metformin dan masih ada sekitar 4 jenis obat lagi. Sudah beberapa tahun sampai hari ini, ayah mengonsumsi obat untuk penderita diabetes, sampai-sampai saya menyebutnya kecanduan obat.

Kecanduan adalah kata yang pas untuk menceritakan betapa obat ini sudah masuk menjadi kebutuhan sehari-hari ayah. Jangankan kehabisan obat, terlambat pun bisa merusak mood-nya. Semacam dengan sakau, mudah marah, melankolis, mengasihani diri, berlebihan dalam menyikapi sesuatu dan masih banyak lagi. Saya tidak tahu persis mengapa itu terjadi. Menurut orang banyak, diabetes disebabkan ketidaknormalan kinerja pankreas sehingga tidak mampu menghasilkan insulin secara optimal --mohon tanggapan para ahli--.

Setiap hari saya melihat ayah saya menyuntikkan semacam cairan berwarna putih susu yang cukup encer ke dalam darahnya. Saya heran, apa itu yang namanya insulin? Di pena saya lihat tulisannya Levermir. Ini adalah harapan tertinggi ayah ketika gula darahnya naik. Tapi bagi saya, ini adalah bagian dari kecanduan dia, semacam ngedrugs. Saya hanya agak heran dengan metode pengobatan modern, salah satunya pengobatan untuk penderita diabetes. Jika memang benar penyebabnya adalah ketidaknormalan pankreas, mengapa tidak dibuatkan obat untuk mengobati pankreas tapi malah membuat obat yang mengganti fungsi pankreas?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline