Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggul di Indonesia karena volume eskpor minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan turunannya mencapai 32.02 juta ton pada tahun 2018 dan selalu terjadi peningkatan volume ekspor minyak kelapa sawit mentah setiap tahunnya, berikut table produki dan eskpor minyak kelapa sawit dalam kurun waktu 2008 hingga 2016
Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit naik drastis selama satu dekade terakhir. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan Indonesia bisa memproduksi paling tidak 40 juta ton kelapa sawit per tahun mulai dari tahun 2020.
Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah industri kunci bagi perekonomian Indonesia: ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa yang penting dan industri ini memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia.
Dalam hal pertanian, minyak sawit merupakan industri terpenting di Indonesia yang menyumbang di antara 1,5 - 2,5 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB). Kelapa sawit mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia dengan luasan 14 juta hektar dan 8,2 juta tenaga kerja. Sebanyak 40% di antaranya adalah perkebunan rakyat, selebihnya merupakan perkebunan milik perusahaan.
Karena cepatnya pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit mengakibatkan negara penghasil minyak nabati lainnya menjadi tersaingi, karena minyak kelapa sawit dalam luasan areal yang kecil dapat menghasilkan minyak nabati yang jauh lebih banyak dibandingkan penghasil mintak nabati lainnya sehingga uni eropa khususnya melarang ekspor minyak kelapa sawit dari indonesia untuk masuk ke uni eropa, kebijakan ini diberlakukan sejak tahun 2018
Indonesia sebagai peghasil Crude Palm Oil terbesar melakukan inisiatif dalam menanggapi kebijakan dari uni eropa salah satu yang sangat populer saat ini adalah B20 dan B100. B20 berarti 20% biodisel dicampur dengan 80% solar, dan B100 merupakan produk murni biodisel. Pada saat ini, bahan baku biodisel bersal dari minyak kelapa sawit atau CPO
Penggunaan B20 di indonesia ini sangat berdampak pada ekonomi dan lingkungan di indonesia khususnya pada impor solar yang dapat ditekan sehingga dapat menghemat devisa negara sebesar USD 21 juta per hari atau mencapai USD 5,5 miliar pertahun dan dapat menambah lapangan kerja sebesar 321.446 pekerja on farm dan 2.426 off farm.
Penggunaam B20 ini juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca dan peningkatan kualitas lingkungan sebesar 3,84 juta ton Co2e. Akibat dari penggunaan 20% biodisel dari minyak kelapa sawit akan meningkatnya permintaan kebutuhan kelapa sawit di dalam negeri dan mengakibatkan perusahaan akan meningkatkan poduksinya dan ekspor minyak kelapa sawit dapat di alihkan ke dalam negeri untuk diolah.
Setelah penggunaan B20 banyak komentar positif baik oleh masyarakat maupun dari pihak pabrikan mobil yang mengatakan bahwa dalam penggunaan B20 pada mesin diesel menunjukkan perfoma yang baik dan tidak terjadi masalah dalam penggunaannya bahkan hampir tidak ada perbedaan dengan solar biasanya.
B20 sebelumnya telah dilakukan uji coba terhadap beberapa kendaraan dan hasilnya cukup baik tidak ada masalah dalam pengujian jalan tersebut, pengujian dilakukan tidak pada jalan lurus saja melainkan melewati medan yang berbeda-beda seperti jalan berliku, tanjakan, dan jalanan bebatuan, dalam uji tersebut B20 mampu berjalan dengan baik tanpa gangguan pada mesin
Pemerintah saat ini sedang mengenjot terlaksananya program B100 demi keberlanjutan penggunaan biodisel di dalam negeri namun membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam pemyempurnaannya, B100 nantinya di prediksikan dapat mengkonversi kebutuhan solar 10,39 juta kiloliter yang senilai Rp 99,74 Triliun, dibutuhkan 7,61 juta kiloliter biodisel B100 senilai Rp 73,09 triliun atau setara 8,83 juta ton CPO.