Cerita ini adalah cerita yang dilatar belakangi akan kegamangan dan harapan akan sebuah realita kehidupan dari sebuah harapan bersama sebuah kesatuan utuh yang mengharapan kepastian akan sebuah perjanjian luhur yang telah menjadi pedoman untuk hidup, berjuang dan berkeadilan untuk kesejahteraan bersama.
Ada sebuah prasa dari seorang punjangga yang tinggal di astana dwipa yang menuliskan kata-kata yang entah buat siapa ia menulisnya. Sebuah prasa yang berbunyi:
Kala senja merona jingga,
semangat cinta pulang dengan ceria
tak ada simiskin dan sipapa
semua gembira
Kala fajar merona
mata berkedip terbangun jiwa dan raga
melangkah semangat
semesta menyapa
Equilibrium memantapkan cerita