Lihat ke Halaman Asli

Imam Aditya

Mahasiswa Universitas Jember

Pemanfaatan Mikoriza Indegenous sebagai Agen Hayati

Diperbarui: 20 Desember 2023   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman tropis komoditas perkebunan kelompok palmae yang dapat menghasilkan minyak sehingga memiliki posisi penting di sektor pertanian sekaligus menjadi komoditas ekspor utama di Indonesia (Utari dkk., 2021). Tanaman kelapa sawit memiliki banyak manfaat baik dari segi perekonomian maupun lingkungan. Pengembangan kelapa sawit dapat meningkatkan pendapatan petani, mampu meningkatkan nilai tambahnya di dalam negeri melalui penyediaan sebagai bahan baku industri pengolahan, dan meningkatkan perekonomian negara yakni ekspor CPO (Crude Palm Oil) yang dapat menghasilkan devisa. Selain itu, tanaman kelapa sawit bermanfaat juga sebagai bentuk upaya pelestarian lingkungan yaitu tanaman kelapa sawit yang berbentuk pohon berperan sebagai penyerap efek gas rumah kaca dan dapat menghasilkan oksigen (Mudatsir, 2021). 

Manfaat-manfaat tersebut menyebabkan permintaannya meningkat di berbagai negara. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS). 2021, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai value ekspor CPO kelapa sawit di Indonesia tahun 2020-2021 sebesar 17.363.921 US$ menjadi 26.755.136 US$. Peningkatan nilai value ekspor CPO berarti menandakan di berbagai negara sangat dibutuhkan dan ingin membayar berapapun untuk memenuhi kebutuhan negaranya tetapi ini tidak sejalan dengan produksinya yang terkadang mengalami penurunan.
     

     Produksi total minyak kelapa sawit mulai dari perkebunan besar negara, swasta, hingga perkebunan rakyat pada tahun 2020-2021 mengalami penurunan sebesar 45.741.845 ton menjadi 45.121.480 ton (BPS, 2021). Penurunan produksi minyak kelapa sawit disebabkan oleh peningkatan penduduk yang terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 2020-2021 penduduk Indonesia meningkat yaitu sebesar 272.682,5 ribu menjadi 275.773,8 ribu (BPS., 2020). Hal itu mengakibatkan terjadi pengalihfungsian lahan produktif pertanian menjadi lahan pemukiman sehingga lahan produktif pertanian semakin berkurang guna melakukan proses budidaya tanaman. Adanya masalah tersebut banyak petani yang terpaksa memanfaatkan lahan yang ada meskipun kurang optimal bagi pertumbuhan tanaman salah satunya lahan marginal. Lahan marginal ini sebuah lahan dengan faktor pembatas kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah yang kurang baik vagi pertumbuhan tanaman (Jayani dan Juniarto, 2020). 

Guna lahan marginal tetap optimal digunakan dalam proses budidaya tanaman, perlu diaplikasikan agen hayati seperti mikoriza indigeneous agar pertumbuhan tanaman kelapa sawit salah satunya tanaman kelapa sawit belum menghasilkan meningkat. Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan terkadang sangat rentan tidak tumbuh pada kondisi lahan yang tidak optimal sebab tanaman yang masih berumur muda dan berakibat pertumbuhannya kurang maksimal apabila ditanam pada kondisi yang tidak sesuai. Maka dari itu, dengan diberikan agen hayati mikoriza indegeneous sebagai penyuplai nutrisi sekaligus pembenah tanah dapat menjadi solusi untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman meskipun ditanam pada lahan marginal serta meningkatkan kesuburan tanah pada lahan.


     Mikoriza adalah suatu agen hayati berbentuk cendawan/jamur yang bersimbiosis mutualisme (saling menguntungkan) dengan sistem perakaran tanaman sehingga sangat baik bagi pertumbuhan tanaman dalam penyerapan unsur hara (Deswita dkk., 2022). Mikoriza diaplikasikan harus sesuai dosis karena biasanya digunakan sebagai pengganti pupuk untuk memenuhi nutrisi tanaman ataupun sebagai bahan pembenah tanah guna meningkatkan kesuburan tanah seperti pada lahan marginal. Kandungan mikoriza terdapat unsur hara essensial dan lebih utamanya unsur P yang menjadikan tanaman memiliki jangkauan sistem perakaran luas (Rahmaniah dan Oesman, 2023). Mikoriza nantinya akan terbentuk hifa/jamur di dalam tanah dan mampu masuk ke perakaran tanaman sehingga mampu memperluas cakupan perakaran tanaman untuk perolehan hara air atau nutrisi lebih banyak. 

Mikoriza dapat menyediakan unsur hara khususnya fosfor yang tidak tersedia di dalam tanah menjadi tersedia dan dapat diserap oleh tanaman sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit meskipun ditanam di Lahan Marginal. Ketersediaan unsur P akan meningkatkan penyerapan unsur hara karena akar tanaman memiliki luas penyerapannya semakian besar. Unsur fosfor (P) yang telah terserap menyebabkan adanya pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yakni merangsang pertumbuhan akar seperti akar lateral atau akar rambut tanaman dan berakibat luas permukaan penyerapan semakin besar (Fatkhurrahman dkk., 2020).

     Pemberian mikoriza pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan akan memberikan pengaruh di Lahan Marginal. Jamur mikoriza dapat mengkolonisasi akar tanaman dan berakibat semakin besar luas penyerapan hara tanaman. Pada prinsipnya mikoriza bekerja dengan menginfeksi akar tanaman inang, lalu akan terbentuk hifa-hifa secara intensif yang mampu meningkatkan kapasitas penyerapan hara di dalam tanah (Kartika dkk., 2016). Selain unsur P, mikoriza juga dapat meningkatkan penyerapan N (nitrogen) bagi tanaman kelapa sawit. Unsur N berperan dalam fase vegetatif tanaman salah satunya jumlah daun yang berarti lancar tidaknya proses metabolisme tanaman dipengaruhi oleh unsur tersebut. Semakin banyak jumlah daun maka mengindikasikan proses metabolisme utamanya fotosintesis akan meningkat (Sudewi dan Indriani, 2020). 

Proses metabolisme tanaman yang lancar dan unsur hara tanah yang bertambah, berakibat pertumbuhan dari tanaman kelapa sawit meningkat seperti lingkar batang tanaman kelapa sawit, dan lainnya sekaligus kualitas hasil minyaknya akan cenderung meningkat ataupun optimal. Pemberian mikoriza mampu memperlancar proses metabolisme seperti fotosintesis tanaman sebab tercukupinya kebutuhan unsur hara tanaman. Hifa mikoriza yang terinfeksi pada akar tanaman mampu menyediakan hara agar tetap terpenuhi sekaligus seimbang bagi tanaman dan itu memperlancar proses hingga laju fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan pun semakin banyak (Utami dkk., 2021).

     Selain itu, pemberian mikoriza pada lahan marginal akan meningkatkan kadar N,P,K tanah khususnya unsur P tersedia di dalam tanah. Semakin tinggi dosis mikoriza yang diberikan maka akan meningkatkan aktivitasnya di dalam tanah untuk menambah sekaligus menyediakan unsur hara. Peran mikoriza yang kompleks, tidak hanya membantu penyerapan hara bagi tanaman melainkan juga berkontribusi sebagai pembenah tanah dalam hal kesuburan tanah (Murni dan Permayani, 2019). Secara umum lahan marginal memiliki unsur hara sedikit baik unsur N, P, maupun K dan dengan diberikannya mikoriza mampu meningkatkan unsur tersebut terlebih unsur P. Hal itu sejalan dengan penelitian Hazra dkk. (2021) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian mikoriza dapat meningkatkan kandungan unsur P tersedia di tanah sebesar 11,23%.

     Pemberian mikoriza dan pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan di Lahan Marginal dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya pengaruh dan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan di umur 6 bulan. Umumnya, tanaman kelapa sawit belum menghasilkan pada umur tersebut rentan mengalami penurunan pertumbuhan apabila kondisi lingkungan kurang sesuai seperti di tanam di Lahan Marginal. Namun, pemberian mikoriza indegenous menjadi solusi budidaya tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM 1) di Lahan Marginal karena dapat memperbesar luasan penyerapan hara tanaman sekaligus meningkatkan kadar N,P,K di dalam tanah sehingga unsur hara tersedia tanah menjadi meningkat dan tanaman tercukupi kebutuhan unsur haranya yang menjadikan pertumbuhan maksimal.

Imam Aditya Agung Mulyono dan Sundahri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline