Lihat ke Halaman Asli

Imam Santoso

Pembantu Ketua III STAI Al-Fatah Bogor

SI FARID PUN MENANYAKAN SANG AYAH

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="" align="alignnone" width="720" caption="Bersama Syahrial saat break sidang di PN Jakarta Selatan"][/caption] Sudah sejak beberapa bulan sejak Syahrial(35) terdakwa kasus asusila di Jakarta International School (JIS) dikandangkan ditahanan, anak semata wayangnya Muhammad Farid (3) tak lagi menyambut kedatangan ayahnya saat pulang kerja. Biasanya, Farid selalu mendapatkan ciuman dan pelukan Syahrial baik saat berangkat dan pulang bekerja. Namun kini, entah apa yang ada dibenak balita yang belum lancar bicara itu lantaran tak pernah lagi melakukan rutinitasnya itu. "Bapak mana bu? kok kerjanya tidak pulang-pulang?", demikian dengan polosnya si Farid bertanya kepada Yayah, ibundanya. Ditanya demikian, ibundanya hanya bisa terdiam menahan segenap gemuruh sesak didadanya. Istri Syahrial ini harus mengatur irama jantungnya saat menjawab pertanyaan lugu itu, agar si anak tak salah memahami kondisi ayahnya yang kini ditahan dalam sel penjara. "Kalau malam, Farid seringkali menanyakan hal itu," ujar Yayah menggambarkan kerinduan Farid. Balita itu memang belum paham, apa dan bagaimana itu penjara dan apa yang dirasakan oleh ayahnya yang kini berada didalamnya. Bahkan ia lebih tak paham lagi, apa sebab ayahnya bisa masuk ke dalam penjara. Farid hanya tahu, bahwa ayahnya kini tak pernah lagi pulang ke rumah walau sekedar mengobati kerinduannya. Untuk memupus kangen si anak, Yayah selalu membawa Farid saat sidang perkara JIS berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Momentum sebelum dan sesudah sidang itulah, kesempatan Farid memuaskan kerinduannya pada Syahrial. "Kalau mau menengok ke LP Cipinang repot, harus ada surat dari Kejaksaan dulu dan juga lokasinya jauh dari sini," ujar Yayah. Karena itu, ia menyiasatinya dengan selalu memprioritaskan kehadirannya saat sidang. Selain memberikan dukungan moril kepada suaminya, juga membantu Farid mengobati kangennya. "Saya juga bisa silaturahmi dengan keluarga 4 temannya dia yang juga bernasib serupa," ujar ibunda Farid. Yakin tak bersalah Meski diawal kaget dengan kejadian tersebut, namun sang istri tak pernah percaya dengan tuduhan yang dilayangkan kepada suaminya itu. "Bang Syahrial itu sangat bertanggung jawab, kalo memang dia melakukan hal itu tidak usah disiksa juga bakalan menjawab," ujar Yayah sedih. Karena itu, hingga kini ia tak habis pikir betapa tega orang yang menuduh suaminya berbuat asusila apalagi tindakan kekerasan seksual terhadap anak-anak. "Saya tidak akan mengakui perbuatan yang tidak pernah saya lakukan, ini fitnah yang sangat jahat," tegas Syahrial. Menurutnya, standar operasional pekerjaan (SOP) mereka sebagai Cleaning Service dari PT. ISS sebagai payung profesinya sangat jelas. "Jangankan melakukan tindakan asusila, kita saja kalau ada siswa atau guru lewat saat kita bekerja harus minggir guna memprioritaskan jalan mereka bahkan menghindari kontak secara fisik," ujar Syahrial. Karena itu dirinya merasa heran dengan tuduhan asusila itu, sebab ia tak menduga sama sekali fitnah itu sampai dialamatkan kepada ia dan teman-temannya. Ia sendiri tahu persis, dirinya dan teman-teman sejawatnya sangat mematuhi SOP itu. "Saya sudah bilang itu saat penyidikan, bahwa saya di JIS itu cuma kerja dan kerja. Hidup saya sudah susah, tidak mau melakukan hal yang aneh-aneh," ujar Syahrial. Karena itu, ia menyangkal semua tuduhan maupun pengakuan dalam BAP penyidik sebab ia merasa semua itu dilakukan dalam tekanan. "Saya jujur salah, saya bohong juga salah, jadi terserah bapak sajalah...itu yang saya katakan kepada penyidik saat tekanan kekerasan sudah pada puncaknya," kata Syahrial kala mengingat memori penyiksaan yang dialaminya saat penyidikan. Ia merasa keteguhan sikapnya dalam mempertahankan kebenaran, dirinya mendapat siksaan paling keras diantara 4 teman lainnya. Syahrial mengaku, bukan hanya pukulan dan tendangan yang dialaminya saat penyidikan. "Telinga saya distaples, kelopak mata disundut api dari rokok adalah bentuk siksaan lainnya," kata Syahrial. Namun, seperti apapun siksaan dan penderitaan yang dialami Syahrial, tak pernah anaknya diberitahu akan hal tersebut. "Ia belum bisa paham, dan saya tidak mau anak saya tahu bapaknya disiksa," ujar Syahrial yang diamini istrinya. Kini harapan akan kebebasannya sudah semakin tampak didepan mata, selain bukti-bukti visum medis membantah tegas tuduhan itu, pernyataan para saksi dalam persidangan turut meringankan tuduhan atas mereka. "Dari 14 kali persidangan, tak satupun bukti kekerasan seksual dapat dibuktikan," ujar Patra M. Zein, kuasa hukum para terdakwa. Patra yakin para terdakwa memang tak bersalah, karenanya ia berharap mereka akan dibebaskan dari segala dakwaan. "Pernyataan terakhir saksi ahli dari pihak penuntut, yaitu dr. Jefferson dari RS. Bhayangkara Polri  malah semakin meringankan tuduhan pada terdakwa, yaitu tidak ada bukti telah terjadi tindakan kekerasan seksual pada korban," ujar Patra. "Kami ini orang bebas dan tak melakukan tindakan asusila tersebut, kenapa harus ditahan," ujar Syahrial. Namun yang terpenting lagi, ia ingin bebas agar Farid dan ibunya tak lagi merasa kesepian lantaran dirinya terpaksa masuk dalam sel tahanan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline