Lihat ke Halaman Asli

Dari Hujan Timbullah Cinta - Hujan Tere Liye

Diperbarui: 22 Februari 2018   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Novel hujan merupakan salah satu novel karangan penulis terkenal yakni Tere Liye yang diterbitkan pada tahun 2016. Novel ini menceritakan tentang bumi di masa depan yang terkena bencana alam yang sangat dahsyat. Ketika bencana itu terjadi, sang pemeran utama yakni Lail berhasil lolos dari bencana tersebut karena diselamatkan oleh seseorang yang tak dikenalnya yaitu Esok. Lalu mulai dari sinilah Lail memulai hari-harinya bersama seorang pahlawan yang telah menyelamatkan hidupnya dan seiring berjalannya waktu mulailah tumbuh benih-benih cinta yang pada awalnya sebenarnya tak dirasakan oleh Lail dikarenakan usianya yang dikala itu masih dini. Seiring berjalannya waktu pula muncul beberapa-beberapa konflik yang dapat membuat pembaca merasa geram serta penyelesaian konflik yang sangat diluar dugaan.

Novel ini merupakan novel yang bertemakan cinta. Walaupun pada dasarnya di novel ini terdapat berbagai macam unsur-unsur lain seperti persahabatan, pendidikan dan sebagainya. Tetapi yang mendominasi dari semua itu ialah mengenai tentang cinta serta kerinduan yang mendalam. Terdapat pula beberapa bukti yang berasal dari kutipan di buku tersebut yang memperkuat tema dari buku tersebut.

"Lail sedang memikirkan Esok. Sudah enam minggu dia tidak bertemu Esok, sejak Esok dan ibunya meninggalkan tenda pengungsian menuju rumah orang tua angkatnya. Apakah Esok sudah melupakannya? Setiap hari, setiap berangkat dan pulang sekolah, Lail melintasi gedung sekolah Esok serta menatap halamannya, berharap ada Esok di sana. Nihil. Apakah Esok baik-baik saja? Apakah Esok juga memikirkannya?" (Hal 85)

"..... Kesibukannya juga mampu mengusir kerinduannya kepada Esok. Saat itu usia Lail hampir tujuh belas, dan dia belum mengerti perasaannya dengan utuh. Baru beberapa tahun lagi dia mulai paham." (Hal 137)

"Lail menangis, sambil mengunyah makanannya. "Aku tidak ingin naik kapal itu, Maryam. Aku hanya ingin tahu apakah Esok mencintaiku atau tidak. Kalaupun dia memutuskan pergi tanpa memberitahuku, setidaknya aku tahu jawabannya." (Hal 300)

          Seperti biasanya novel lain, terdapat pula tokoh dalam novel Hujan ini. Tokoh yang pertama merupakan sang pemeran utama yang bernama Lail. Lail digambarkan dengan perilakunya yang suka menolong, tangguh serta lapang dada ketika mendapatkan bencana serta berusaha membalas kesedihannya dengan sesuatu yang positif. Dapat kita lihat dari kutipan dibawah ini.

".... Lail menyukai kesibukannya. Itu membuatya berhenti memikirkan banyak hal. Aktivitas Organisasi Relawan Lail membalas kejamnya takdir dengan membantu orang lain. Mengobati kesedihan dengan berbuat baik ..... " (Hal 137)

Lail juga digambarkan sebagai seorang yang yang pantang menyerah ketika melakukan sesuatu. Dapat kita lihat pada kutipan berikut.

"...... Maryam menghibur Lail yang mulai tertinggal setelah dua pertiga perjalanan. Fisik Lail tidak setangguh Maryam. Lail di belakang mengangguk, membujuk kakinya terus berlari. (Hal 150)

Tetapi dibalik sikapnya tersebut, Lail juga merupakan sesosok orang yang pemalu dan tak berani dalam mengutarakan keinginannya. Semua itu tergambar dari kutipan dibawah ini.

".... maka masalah baru Lail adalah bagaimana menghubungi Esok. Bagaimana caranya memberitahu Esok bahwa dia sedang di Ibu kota. Apakah Esok mau menemuinya? Empat kali Lail telah duduk di depan telepon generasi terbaru yang tersedia di kamar hotel. Bahkan dia telah memasukkan nomor kontak Esok. Empat kali itu pula Lail batal menelepon. Keringat menetes di lehernya. Tanganny gemetar. Dia gugup sekali. (Hal 171)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline