Lihat ke Halaman Asli

Depresi: Antara Robin William dan Marshanda

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Robin William (Sumber: Kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Robin William (Sumber: Kompas.com)"][/caption] Kematian aktor terkenal dengan filmnya Mrs Doubtfire dan manusia dari planet lain, Robin Williams melalui cara mengenaskan, membunuh dirinya menjadi topik yang patut untuk bersama kita resapi betapa problematika hidup malah membuat kematian menjadi pilihan miris. Robin yang pada setiap filmnya selalu bergenre komedi situasi, terlihat kocak dan periang ternyata memiliki kehidupan normal yang muram dan diliputi oleh suasana batin yang merundunginya dalam kekalutan. Depresi yang menurut kerabat Robin telah mendera aktor ini beberapa tahun terakhir membuat pria ini menarik diri kehidupan sosialnya. Depresi seakan menjadi bom waktu yang akan membunuh penderitanya, baik melalui psikosomatik maupun seperti Robin yang akhirnya memilih untuk mengakhiri penderitaannya secara mengejutkan, membunuh peluang hidup menyenangkan dikemudian hari. Manusia memang terlahirkan secara kodrati untuk segala sesuatu yang tidak pasti, dimana tidak memiliki kemampuan merubah masa lalunya dan tidak mengerti apa yang kelak terjadi dimasa datang. Manusia hanya memiliki peluang pada hari ini yakni dengan menikmati segenap cara yang dia imani dan mensyukuri. Hari ini adalah hadiah terindah dari Tuhan. Begitu juga dengan Marshanda, artis kecil yang telah menjelma menjadi wanita dewasa pun memberikan kita sebuah episoda bagaimana seharusnya kita menikmati hari ini. Bipolar disorder atau sebuah gangguan psikis yang menyebabkan suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim. [caption id="" align="aligncenter" width="317" caption="Andriani Marshanda (Sumber: Kompas.com)"][/caption] Dan kecenderungan penderita bisa mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya saat mengalami depresi yang mendalam seperti keputusan yang diambil oleh Robin William. Apakah depresi merupakan fase dimana manusia sampai pada limit keberterimaannya kepada stressure? Saat reservoir dari mekanisme pertahanan diri kita telah membunyikan sirine peringatan bahaya? Di dalam Islam, manusia memiliki peluang untuk mengelola nafsu sebagaimana jamaknya sebagai ciptaanNya yang berbeda dengan ciptaan yang lain seperti malaikat dan jin. Manusia memang tercipta untuk bisa lebih all out menikmati dunia dan menjadikannya ladang menuju ke surga. Penulis menyatakan bahwa depresi dan manic seperti yang dialami oleh dua pekerja seni diatas merupakan manifestasi dari sebuah nafsu yang kerap disebut nafsu lawwamah, sebuah fase pergulatan hidup yang tidak terpuaskan dengan apa yang terjadi saat itu (baca: saat ini). Meskipun kerap juga ditafsirkan sebagai reaksi bathin saat menerima kenyataan yang diluar dari harapan atau saat bathin menyesali apa yang terjadi. Robin Williams dan Marshanda mungkin saja tengah bergulat untuk menyiasati tekanan perasaan dalam dirinya untuk bisa menyenangkan dan menenangkan hati. Secuil harapan tetap diyakini mampu menentramkan hati yang gundah. Dzikrullah adalah sebaik-baiknya kembali menata hati dan menyiasati nafsu lawwamah yang bisa menggerogoti kesehatan. Ada sebuah perkataan hikmah, Al ‘Aqlus Salim fil Jismis salim (akal/jiwa yang sehat berbanding lurus dengan badan yang sehat). Menentramkan hati akan senantiasa menyehatkan raga. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS Ar-Ra’du : 28] “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabb-lah mereka bertawakal.” [QS Al-Anfaal : 2] Semoga Robin William menjadi tonggak kesadaran bagi yang tengah mengalami tekanan hidup (depresi) dan membuat dirinya menarik energi positif (insight) untuk segera kembali kepada agama dan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya Dzat yang akan memberikan peluang susulan atau skenario kedua dan kemudian menyantap manisnya iman dengan selalu berprasangka positif terhadap apa yang tengah menderanya. Sebuah hadits qudsi, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” [Muttafaqun ‘alaih]. Salam Anti Masygul dan Galau! Suplemen “Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir (mengingat) dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada-Mu dengan baik.” [HR Abu Dawud – Shahih] Tautan Rujukan http://id.wikipedia.org/wiki/Gangguan_bipolar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline