Lihat ke Halaman Asli

Menabung atau Berinvestasi?

Diperbarui: 15 Mei 2016   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.teropongbisnis.com/

Pertanyaan apakah kita harus menabung atau menggunakan uang kita untuk peningkatan nilainya di hari depan (berinvestasi) menjadi kian penting bagi masyarakat era kini. Pertanyaan ini menjadi relevan karena beragamnya pilihan untuk kedua bentuk penggunaan uang tersebut. Dalam hal kita hendak menabung uang kita, ada banyak sekali lembaga perbankan yang menawarkan berbagai paket, fitur, dan tingkat suku bunga yang menarik. Kita tinggal memilih dan memutuskan di bank mana kita akan mendepositokan uang kita. Beragamnya pilihan ini seiring dengan semakin tumbuh dan berkembangnya sektor perbankan kita, baik perbankan milik negara (bank BUMN), bank swasta, bank asing, maupun campuran di antara bank-bank itu. Insentif untuk menabung ini kian besar dengan hadirnya kerjasama antarbank dan perkembangan teknologi perbankan yang memungkinkan semakin cepatrnya kita mengakses fitur-fitur perbankan yang ada.

Penetrasi sektor perbankan ini mengalami pertumbuhan positif yang sangat signifikan. Selain bertumbuh dari sisi jumlah, kualitas perbankan juga jauh lebih baik, ketimbang misalnya dulu sebelum masa krisis moneter 1998. Karena itu, pertumbuhan berkualitas yang disertai dengan penajaman aspek prudensialitas (kehati-hatian) lembaga perbankan menjadikan pilihan menabung adalah sesuatu yang preferensif. Preferensi ini semakin dirangsang dengan pilihan akses teknologi yang juga semakin memudahkan nasabah. Fitur sms banking, mobile banking, maupun internet banking misalnya, membuat nasabah semakin betah mendepositokan uangnya di bank. Berbagai fasilitas ini menjadi insentif bagi masyarakat untuk lebih memilih menyimpan uangnya di bank ketimbang dibelanjakan.

Selain pilihan menabung, berinvestasi juga sangat laik untuk dilirik. Kondisi Indonesia yang sedang menikmati bonus demografis berdampak pada banyaknya kelompok usia produktif yang memiliki kemapanan secara ekonomi dan cenderung konsumtif. Potensi penduduk ini adalah pasar yang sangat besar dan atraktif bagi iklim usaha. Dengan demikian, pilihan untuk berinvestasi menjadi sangatlah relevan untuk dilakukan. Katakanlah kita mempunyai uang di bank, kemudian uang itu kita gunakan sebagai modal usaha. Setelah mempelajari peluang bisnis yang ada, kita akhirnya memilih untuk membuka usaha rumah makan. Secara teoritik, penduduk usia muda adalah penduduk yang relatif berpola pikir serba instan, tidak mau repot, dan cenderung bertindak cepat. Dengan ciri ini, penduduk muda cenderung tidak akan memasak sendiri, atau dengan kata lain, mereka akan menyantap makanan siap saji di rumah makan. Karena itu, usaha makanan sangat laku dan terus tumbuh seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin membaik.

Selain makanan, usaha lain yang prospektif adalah industri kreatif. Argumennya sama: surplus usia muda. Salah satu jenis usaha yang menjanjikan di industri ini adalah pengembangan motif pakaian. Mengapa pengembangan? Karakter dasar anak muda adalah kebaruan, artinya apa yang dihasilkan memiliki nilai tambah yang unik dan inovatif dibandingkan yang ada sebelumnya. Baju dalam konteks usaha ini juga tidak harus terbatas pada kaos oblong, namun juga berbagai jenis pakaian lainnya yang dapat dikreasikan sehingga menggambarkan selera anak muda. Pakaian batik misalnya, jarang yang menyangka pakaian ini dapat dibuat lebih kreatif, kekinian, dan anak muda banget. Jenis pakaian yang kerap dituding kuno dan ketinggalan jaman ini ternyata menjadi tren baru di kalangan anak muda urban.

Memutuskan Pilihan

Sebagai makhluk rasional, kita harus memilih mana pilihan yang terbaik, atau lebih baik dibandingkan pilihan lainnya. Oleh karena itu, apakah kemudian kita akan menabung atau menginvestasikan uang kita, tentu saja kita perlu mengkajinya secara objektif. Setidaknya ada 2 (dua) faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan ini. Pertama, tingkat pendapatan. Hal mendasar yang perlu kita pertimbangkan adalah besar penghasilan tetap kita setiap bulan. Tingkat pendapatan ini lebih banyak berkaitan dengan pilihan kita untuk berinvestasi, artinya jika kita memiliki pendapatan yang cukup, maka kita dapat mengalihkan sebagian dari pendapatan itu untuk diinvestasikan. Umumnya, alokasi pendapatan tetap dibagi ke dalam beberapa kategori, yakni pengeluaran rutin (tetap), utang, dana darurat, dan asuransi (terutama bagi masyarakat urban).

Pengeluaran tetap adalah barang dan jasa yang kita konsumsi dan sudah bersifat pasti dan mutlak. Kebutuhan ini utamanya berkaitan dengan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan barang konsumsi lainnya. Utang adalah uang yang kita pinjam dari pihak lain dan harus dikembalikan, yang kalau meminjamnya dari lembaga intermediari, menyertakan bunga utang. Terkait utang ini, kita perlu merencanakannya dengan cermat sebab cicilan atasnya bersifat rutin (biasanya bulanan) dan keterlambatan atasnya mengakibatkan denda tertentu. Dana darurat umumnya anggaran yang kita sisihkan untuk membiayai kebutuhan tiba-tiba dan mendesak. Dana ini juga harus kita alokasikan khusus agar tidak mengganggu alur perencanaan keuangan yang telah kita susun. Adakalanya dana tiba-tiba ini sangat mempengaruhi stabilitas keuangan kita jika jumlahnya sangat besar.

Untuk asuransi, kita harus selektif memilih jenis asuransi apa yang paling relevan dengan kehidupan kita. Umumnya, kita akan memilih asuransi kesehatan sebab pembiayaan untuk kesehatan sangatlah mahal. Namun demikian, dengan semakin sigapnya pemerintah dalam menyediakan layanan sosial, kita juga dapat memilih asuransi ketenagakerjaan sebagai bekal di hari tua. Apalagi, asuransi yang dihelat oleh negara, yakni asuransi kesehatan (BPJS Kesehatan) dan asuransi ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) memiliki skema dan pelayanan yang tidak berbeda jauh dengan asuransi yang disediakan pihak swasta. Karena itu, kita harus dapat memanfaatkan berbagai fasilitas pelayanan negara tersebut secara optimal.

Lalu pertanyaannya, kapankah kita harus menabung atau berinvestasi? Jika mendasarkan pada faktor pendapatan ini, pilihan atasnya bergantung pada sisa pendapatan setelah dikurangi semua pengeluaran yang telah disebutkan tersebut. Umumnya bagi yang belum memiliki tanggungan (belum menikah), dana darurat yang disisihkan harus sejumlah tiga bulan pendapatan tetap. Bagi yang sudah berkeluarga biasanya dana tiba-tiba ini sejumlah minimal enam bulan pendapatan tetap. Dengan demikian, sebelum alokasi dana darurat ini terpenuhi, pilihan berinvestasi hanya menjadi keputusan yang beresiko tinggi, terlebih jika investasi tersebut adalah investasi jangka panjang.

Oleh sebab itu, pilihan untuk menabung atau berinvestasi sangatlah ditentukan oleh tingkat pendapatan kita. Jika masih ada sisa pendapatan setelah dikurangi dengan sejumlah pengeluaran sampai tingkat yang cermat dan spesifik, maka sisa pendapatan tersebut sebaiknya digunakan untuk berinvestasi. Dalam konsep ekonomi, pilihan berinvestasi pada situasi seperti ini jelas lebih menguntungkan ketimbang menabung atau mendepositokannya di bank. Konsep biaya peluang ini menggambarkan bahwa dengan berinvestasi, peluang kita untuk mengngkit nilai uang itu di masa depan jauh lebih besar dan menguntungkan dibandingkan dengan menyimpannya.

Pertimbangan kedua adalah kondisi perekonomian. Penggunaan uang tidak harus terbatas pada kondisi internal kita sebagai individu, tetapi juga oleh perkembangan ekonomi nasional. Faktor ini juga akan mempengaruhi efisiensi atas penggunaan uang tersebut, artinya terkait pilihan mana yang lebih menguntungkan dari menabung atau berinvestasi. Pada saat ekonomi sedang bergairah, pilihan berinvestasi jelas lebih menguntungkan sebab daya beli masyarakat sedang dalam kondisi optimal. Sebagaimana ilustrasi kecenderungan konsumsi penduduk usia muda yang disebutkan di alinea sebelumnya, kemampuan kita dalam membaca arah dan situasi perekonomian sangat menentukan tingkat imbalan (return) dari penggunaan atas uang. Dengan daya beli yang tinggi, masyarakat relatif konsumtif sehingga penjualan barang dan jasa cenderung mendapatkan imbalan yang optimal. Pada saat inilah pilihan untuk berinvestasi menjadi keputusan yang rasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline