Lihat ke Halaman Asli

Lu Xun: Catatan Harian Orang Gila

Diperbarui: 15 Januari 2024   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

"Lu Xun: Catatan Harian Orang Gila" adalah karya yang membangkitkan pikiran dan memberikan wawasan mendalam ke dalam kehidupan seorang pengarang terkemuka, Lu Xun. Dengan menggunakan catatan harian yang sarat dengan kegilaan dan kebijaksanaan, buku ini mengajak pembaca menyelami kerumitan pemikiran Lu Xun terkait masyarakat, politik, dan eksistensi manusia. 

Dengan bahasa yang penuh makna dan introspektif, karya ini tidak hanya sebagai koleksi catatan harian, melainkan juga sebagai sebuah jendela ke dalam kehidupan psikologis Lu Xun. 

Pembaca diajak untuk merenungkan kekayaan pikiran dan perasaan penulisnya, mengeksplorasi nuansa kegilaan yang mencerminkan ketidakpuasan dan kekhawatiran terhadap masyarakat dan perubahan zaman. 

Halaman demi halaman mencerminkan kehidupan dan pemikiran Lu Xun, menciptakan sebuah karya yang tidak hanya memperkaya sastra Tiongkok, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang perjuangan individu dalam menghadapi kompleksitas kehidupan.

Manusia dalam kesunyian

Manusia dalam kesunyian adalah sebuah cerita yang menceritakan tentang Wei Lien-shu dan sahabatnya, dimana sahabatnya bingung dengan kepribadiannya. Wei Lian-shu kerap di sebut sebagai laki-lak aneh, namun Wei Lian-shu merupakan seorang guru di sebuah sekolah menengah, Wei Lian-shu di anggap orang aneh karena dia suka memperlakukan orang lain dengan angkuh, dia juga sering mempropagandakan pendapat bahwa sistem keluarga harus di tiadakan. 

Meskipun begitu, setiap gaji yang di dapatkan dari pekerjaannya selalu ia kirim kepada neneknya sehingga ia menjadi buah bibir di seluruh kota. Wei Lian-shu tidak hanya memiliki seorang nenek, ia juga memiliki beberapa kerabat jauh namun mereka menganggap Wei sebagai orang asing. 

Di kotanya ia merupakan satu-satunya anak yang berani keluar dari lingkungan hidupnya untuk mencari ilmu, sebab itulah masyarakat setempat juga merasa iri kepadanya.

Meskipun Wei selalu mempropangandakan bahwa sistem keluarga harus dihapus dan sering bersikap angkuh dan jahil kepada orang lain, namun semuanya berubah ia menjadi pendiam ketika neneknya meninggal dunia, ia hanya bisa menuruti apa yang dikatakan orang kepadanya tanpa mengekspresikan perasaan sedih atau gembira. 

Dibalik itu, setelah semuanya berlalu dan meninggalkan tempat pemakaman neneknya, Wei sendiri tidak bergerak dari tempatnya dan dalam sekejab keadaan menjadi hening, didalam kesunyian ia mulai menjatuhkan air mata dan meraung, rasa sedih bercampur marah menjadi satu ketika kepergian neneknya untuk selamanya.

Kelebihan:
Kelebihan dari cerita ini adalah, mengajarkan kita bahwa dengan tekad dan keberanian kita dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan yang kita inginkan, dan juga mengajarkan kita pentingnya menjalin hubungan dengan baik antara keluarga dan sahabat, karena ketika kita berada dalam kesunyian sebab ditinggalkan kerabat dekat, maka sahabatlah yang akan berada disisi kita, dan juga abaikan segala pendapat buruk tentang diri kita.

Kekurangan:
Dalam cerita ini, ada beberapa bagian yang tidak jelas sehingga dapat membingungkan pembaca, dan alur yang sedikit tidak teratur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline