Lihat ke Halaman Asli

I Made Santiara

Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Manajemen Undiksha

Tri Hita Karana dalam sebuah Hotel

Diperbarui: 6 November 2022   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penulis: I Made Santiara, Mahasiswa S2 Ilmu Manajemen Undiksha

Tri Hita Karana merupakan suatu filosofi keharmonisan yang dianut oleh masyarakat Bali sejak dahulu. Tri Hita Karana adalah konsep kearifan lokal yang menuntun masyarakat Bali dalam bertindak. Di Bali, adat istiadat dan nilai-nilai leluhur masih sangat kuat dipegang untuk menuntun setiap perilaku individu, bermasyarakat serta perilaku berbisnis atau berwirausaha.

Tri Hita Karana berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Tri yang artinya Tiga, Hita memiliki arti Kebahagiaan, dan Karana yang berarti Penyebab. Jadi Tri Hita Karana memiliki arti Tiga penyebab kebahagiaan atau Tiga hubungan penyebab kebahagiaan. Bagian-bagian Tri Hita Karana adalah Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. Parhyangan adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan), Pawongan dapat diartikan hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia, dan Palemahan adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Ketiga bagian Tri Hita Karana ini dipakai oleh masyarakat Bali sebagai penuntun dalam bertindak, bermasyarakat, dan juga dalam melaksanakan usahanya.

Di dunia usaha atau bisnis khususnya Pariwisata, konsep Tri Hita Karana bisa kita lihat dengan baik di sebuah hotel. Penerapan nilai-nilai kearifan lokal Bali ini pula yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Bali dikenal dengan sebutan Pulau dengan seribu Pura, yang mana pura ini juga bisa kita lihat di dalam suatu hotel atau penginapan.

Pura atau setidaknya pelinggih dalam sebuah hotel atau penginapan merupakan pengamalan dari konsep Parhyangan, yaitu keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Pada pura atau pelinggih ini akan dihaturkan sesajen (banten) setiap pagi dan sore hari. Hal ini sangat menarik bagi wisatawan yang berkunjung. Cantiknya canang dan bunga, harumnya dupa tentu sangat menarik bagi wisatawan. Dupa sebagai sarana sembahyang juga dapat menciptakan suasana yang damai bagi orang yang mencium aromanya. Makanya tak jarang dupa dipakai sebagai sarana dalam meditasi untuk menciptakan rasa tenang dan damai saat melakukan meditasi. Melalu media sesajen (banten) masyarakat Bali mengucapkan syukur atas rejeki dan kebaikan yang diperolehnya.

Nilai-nilai Pawongan bisa kita temukan di dalam sebuah hotel atau penginapan. Pawongan yang diartikan sebagai keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia tercermin dalam interaksi antara karyawan hotel dengan teman sekerjanya begitu pula interaksi antara karyawan hotel dengan tamu yang berkunjung ke hotel tersebut. Masyarakat Bali yang terkenal dengan keramahtamahannya menjadi daya tarik tersendiri bagi tamu yang berkunjung ke Bali. Karena memang sudah dasarnya ramah (budaya yang ditanamkan sejak lahir) masyarakat Bali sangat cocok bekerja di dunia hospitality. Seorang karyawan hotel akan selalu siap dan ramah dalam melayani tamunya, selalu bersedia membantu teman sekerjanya. Hal ini membuat hubungan antar karyawan dan tamu serta seluruh masyarakat yang terlibat di hotel tersebut mejadi harmonis sehingga tujuan perusahaan tercapai dengan baik.

Contoh lain penerapan konsep Pawongan adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh hotel. Melalui pelatihan ini diharapkan karyawan bisa meningkatkan kompetensinya dan bisa bekerja lebih baik lagi. Apabila karyawan memiliki kompetensi yang baik, maka karyawan tersebut akan mampu bekerjasama dengan baik dengan teman sekerjanya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga hubungan yang harmonis bisa tercapai.

Nilai Palemahan bisa kita lihat dalam kebun yang indah di suatu hotel. Konsep Palemahan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Di setiap hotel kebun-kebun akan ditata secara indah sehingga menarik untuk dilihat. Sistem Waste Water Garden (WWG) merupakan salah satu usaha sebuah hotel untuk membuat kebun yang indah dan disaat yang sama mampu melestarikan lingkungan melalui pengolahan limbah yang baik sehingga tidak mencemari lingkungan terutama tidak mencemari air tanah. Disamping itu hotel harus memiliki sistem pengolahan limbah padat dan cair. Pemisahan sampah organik dan non-organik menjadi hal yang penting di dalam manajemen sampah di sebuah hotel.  Limbah cair diolah melalui sistem pengolahan limbah cair dan air olahannya bisa dipakai untuk menyiram tanaman. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar hotel dan menjaga ekosistem alam sehingga tercipta hubungan yang harmonis dengan alam.

Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana adalah nilai yang sangat baik untuk diimplementasikan dalam setiap perilaku individu, bermasyarakat, dan berbisnis. Dengan menerapkan nilai-nilai luhur tersebut dalam berbisnis maka pengusaha tidak hanya mendapatkan nilai berupa materi (profit) tetapi juga mendapatkan nilai-nilai spiritual yang mampu membawa keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan juga manusia dengan lingkungannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline