Lihat ke Halaman Asli

Big Data, Tergerusnya Privasi dan Kebebasan Umat Manusia

Diperbarui: 15 Oktober 2023   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pria mengawasi layar-layar pemantau ( Robert Daly - Gettyimages.com).

"Google akan segera mengetahui siapa diri Anda lebih baik dibandingkan pasangan Anda." --- Ray Kurzweil, Direktur Rekayasa Google, dalam sebuah tafsiran wawancara Observer (2014).

Pengantar

Beberapa hari lalu, saya berbelanja di sebuah mini market yang tak jauh dari rumah. Pada saat itu, karena belum menarik uang   tunai di ATM, saya berbelanja kebutuhan bayi menggunakan kartu debit   Mandiri. Menariknya, selang sehari, di halaman Facebook saya muncul   iklan-iklan yang berhubungan dengan produk bayi. Itu bukan sekali  saja  saya alami. 

Selain Facebook, sebagai pengguna Telkomsel,  saya  pernah juga dikirimi iklan SMS berdasarkan geolokasi berupa penawaran diskon produk Dunkin' Donuts ketika tepat kebetulan lewat di depan outlet-nya. Saya tidak merasa heran, "Selamat datang di dunia Big Data!", dunia tempat setiap keping data pribadi kita berharga layaknya sekeping emas.

Dalam bukunya yang dinobatkan menjadi bestseller oleh Wall Street Journal dan The New York Times pada 2014, berjudul: Big Data -- A Revolution That Will Transform How We Live, Work and Think,   Viktor Mayer-Schönberger dan Kenneth Cukier menceritakan hal serupa   dengan apa yang saya alami [7][4]. Pada halaman 57 tentang Korelasi, diceritakan bahwa seorang ayah mendatangi toko ritel Target, sebuah perusahaan ritel raksasa di Amerika Serikat, dan marah besar karena putrinya yang masih belia dikirimi voucher-voucher pembelian baju dan boks bayi berdasarkan pola belanja sebelumnya. 

Sang   ayah mengatakan bahwa putrinya masih duduk di bangku SMA dan ia sangat khawatir  apabila  apa yang ditawarkan tersebut mendorong putrinya untuk ingin  memiliki  anak sebelum waktunya. Namun, beberapa hari kemudian, ketika  manajer  toko menelepon untuk meminta maaf pada sang ayah, yang terjadi  adalah  sebaliknya. Sang ayah telah berbicara pada putrinya dan memang  benar  bahwa putrinya sedang mengandung.

Big Data Sebagai Alat Bantu

Big Data  merupakan jejak yang  kita tinggalkan di dunia digital. Frase tersebut  bagi sebagian orang  menimbulkan kekhawatiran tentang sebuah dunia tanpa  privasi, tentang perusahaan yang lebih mengetahui siapa diri kita,  tentang pemerintah  yang mengawasi orang-orang yang dianggap menjadi  ancaman bagi kekuasaan  mereka [1].

Namun, sebagian beranggapan  apabila penggunaannya dalam cara  yang bertanggungjawab, penuh rasa  menghargai, dan sesuai konteks maka Big Data dapat memandu  kalangan individu dan institusi untuk membuat keputusan  yang lebih  baik, mendorong penyebaran pengetahuan berguna, dan  meningkatkan laju  inovasi.

Seperti Galileo yang menggunakan  teleskop untuk melihat  benda-benda terjauh di antariksa atau mikroskop  untuk melihat  benda-benda renik, Big Data merupakan instrumen penting  berikutnya bagi umat manusia sebagai alat bantu untuk mengukur  realitas  dunia dalam berbagai aspeknya. Namun, berbeda dengan kedua  instrumen  yang telah disebutkan, objek yang diamati tidak memiliki  dimensi fisik.  Sesuatu yang bersifat abstrak, yaitu data. 

Data dibangun  dari  informasi dan informasi membutuhkan energi untuk berpindah lokasi.  Di  mana ada informasi, di sana ada energi, dan demikian sebaliknya.   Perubahan energi tersebut ditangkap oleh berbagai sensor dalam bentuk   informasi-informasi dan diterjemahkan lebih lanjut ke dalam data yang   dapat diindeks.

Dalam semesta informasi, baik itu  informasi  benar maupun salah, semuanya berguna. Keduanya saling  melengkapi dan  membangun struktur data suatu objek secara utuh. Seperti sebuah kubus 3  dimensi, bila kita ingin mengetahui sifat-sifat  bawaannya, kita tidak  saja mengukur panjangnya namun juga lebar dan  tingginya, dan dengan itu  kita bisa mengetahui perbedaannya dengan objek  3 dimensi lainnya,  misalnya balok. 

Mengukur suatu objek, entah itu  abstrak maupun  nyata, sama artinya dengan mengetahui objek tersebut secara lebih lengkap. Dengan mengetahui dan memahami, kita bisa merekayasa ulang objek   tersebut dalam bentuk konstruksi perspektif yang beragam, melakukan   simulasi berbagai keadaan, dan mengetahui sifat-sifat lainnya yang   selama ini tersembunyi atau luput dari penginderaan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline