Lihat ke Halaman Asli

Imaculata Budi Setyawati

Alumni Sarjana Manajemen Universitas Katolik Widya Karya Malang 2022

Penyakit Epilepsi Bukan Penghalang Impian

Diperbarui: 11 Februari 2024   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber gambar:https://persadahospital.co.id/layanan-penunjang/mri-15-tesla

Awalnya memang sulit menerima kondisi mengidap penyakit epilepsi. Karena waktu kecil tidak ada indikasi atau penyakit yang mengarah pada sakit saraf kecuali setelah kejang dan demam tinggi.

 Namun seiring nya waktu, menunjukkan tanda-tanda bahwa saya harus mau menerima cobaan dengan diagnosis dokter tepat nya pada tanggal 5 Januari 2010 saya mengalami koma selama 1 bulan. 

Pada umur 10 tahun, setelah itu mau tidak mau harus meminum obat setiap hari nya tanpa boleh telat serta setiap bulannya kontrol kepada dokter spesialis penyakit saraf. 

Sudah banyak pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, salah satunya MRI (Magnetitic Resonance Imaging) terlihat jelas bahwa saraf otak bagian kiri mengalami pembengkakan dan ditengah terlihat lubangan. Maka dengan ini efek nya organ bagian kanan akan mengalami kelainan dari ujung kepala hingga kaki.

Sangatlah sulit dan sedih setelah mengetahui penyakit epilepsi ini memiliki dampak, dimana akan mengalami kepala pusing berat hingga tak sadar kan diri dengan kejang yang sangat berbahaya bahkan bisa melukai dirinya sendiri. Namun seiring nya waktu, bisa mengendalikan apa itu kejang di usia 22 tahun atau saat semua pendidikan hingga sarjana telah usai. 

Banyak lika -liku nya di saat bersekolah hingga berorganisasi, dimana masih banyak orang lain memberikan stigma negatif. Hal ini terjadi sebab, masyarakat umum belum terlalu mengerti akan penyakit ini, hingga penderita seperti saya mengalami ketakukutan. 

Akibat stigma ini membuat dampak pada kehidupan orang dengan epilepsi, membatasi kesempatan  untuk bekerja, bersekolah, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat. 

Banyak mengalami diskriminasi serta ditolak oleh teman bahkan di anggap berbahaya bagi orang yang tidak mengenal penyakit epilepsi dengan tuduhan penyakit epilepsi adalah penyakit menular. Padahal itu adalah kesalahan besar bagi mereka yang langsung memvonis.

Tetapi semakin tahun menunjukkan kebaikan membuat hati semangat dalam melakukan pekerjaan sebagai penulis. Karya yang saya sukai setelah hanya boleh mengikuti 1 jenis ekstakulikuler ( dari SD hingga Kuliah ) ialah jurnalistik adalah membuat puisi ,hingga cerpen dan terus mengasah ke dunia kepenulisan lebih dalam lagi. Hingga pada akhirnya bisa menulis buku perdana pada tahun 2023 dengan judul buku "Kesadaran Cinta Aksara" di salah satu penerbit kota Surabaya.

Sumber: Laman QRCBN per 10 Februari 2024

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline