Besarnya pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi bagaimana ketersediaan lahan yang ada di suatu wilayah. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk banyak terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian sehingga mengakibatkan lahan tidak lagi mampu untuk menampung segala aktifitas yang dilakukan oleh penduduk. Disamping itu, kegiatan ekonomi yang terus berjalan dan mengalami peningkatan begitupula dengan penduduk, maka tuntutan pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan umum semakin dibutuhkan. Namun hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan yang ada.
Evaluasi sumber daya lahan sangat diperlukan dalam perencanaan penggunaan lahan yang tepat, karena perencanaan dan penggunaan lahan yang baik haruslah didasarkan pada kesesuaian dan ketersediaan lahan. Evaluasi sumber daya lahan sendiri kaitannya dengan perencanaan yaitu evaluasi sumberdaya lahan merupakan suatu pendekatan untuk menilai potensi sumberdaya lahan suatu wilayah yang merupakan suatu tahapan lanjutan dari hasil survei dan pemetaan yang outputnya berupa interpretasi untuk keperluan tertentu.
Dalam penyusunan perencanaan suatu wilayah diperlukan informasi kemampuan dan kesesuaian lahan, hal ini dimisalkan dalam perencanaan produksi pertanian dimana dibutuhkan informasi tersebut. Evaluasi SDA mengelompokkan sistem kalsifikasi lahan melalui interpretasi yang dibuat. Pengelompokan lahan yang dapat digarap menurut potensi dan penghambatnya untuk dapat berproduksi secara lestari, yang mendasarkan pada faktor-faktor penghambat dan potensi bahaya lain yang masih dapat di terima dalam klasifikasi lahan (Bibby dan Mackney dalam Sitorus, 1995).
Kabupaten Banyuwangi memiliki luas wilayah 578.181 Hektare, Ketersediaan luas wilayah yang begitu besar tersebut, menjadikan wilayah ini mempunyai potensi tinggi untuk pengembangan sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian Kabupaten Banyuwangi, sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dominan terhadap PDRB daerah. Selain pertanian tanaman pangan dan perikanan, tanaman perkebunan juga mempunyai potensi yang tidak kalah penting bila dibanding dengan tanaman bahan makanan. Perkebunan kelapa, kopi, kakao, dan tebu merupakan tanaman perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Banyuwangi. Namun, potensi lahan untuk pengembangan perkebunan tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara baik untuk kepentingan masyarakat yang salah satunya disebabkan oleh kurangnya data dan informasi spasial terkait potensi sumberdaya lahan untuk perkebunan.
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan pencocokan antara karakteristik lahan dan persyaratan penggunaan lahan. Karakteristik lahan diinterpretasikan dalam peta satuan lahan, sedangkan persyaratan tumbuh tanaman sesuai dengan kajian dan hasil literatur yang ada. Setiap satuan lahan dinilai kualitas lahannya dan disinkronisasikan dengan persyaratan tumbuh tanaman perkebunan yang dijadikan obyek dalam kajian kesesuaian lahan yang kemudian dihasilkan peta kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan di Kabupaten Banyuwangi untuk komoditas Kelapa mempunyai penyebaran yang paling luas dibandingkan dengan komoditas unggulan perkebunan lain yang dievaluasi. Hal tersebut dikarenakan komoditas kelapa mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi biofisik tanah.
Jika dinilai, Evaluasi sumberdaya lahan di Banyuwangi dapat dikatakan baik dan optimal. Lahan-lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan perkebunan di Banyuwangi sebagian sudah dimanfaatkan dengan baik untuk perkebunan maupun untuk keperluan lainnya, seperti pemukiman, prasarana umum, hutan, tanaman pangan dan hortikultura. Untuk pengembangan komoditas unggulan perkebunan baik yang bersifat intensifikasi dan ekstensifikasi masih diperlukan analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H