Lihat ke Halaman Asli

Sulistiana

Mahasiswa Prodi S1 PWK UNEJ

Mari Mengenal Lebih Jauh Manajemen Industri Gula Merah Desa Patoman, Banyuwangi

Diperbarui: 2 Mei 2021   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Banyuwangi, Salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi besar baik di bidang pariwisata hingga pertaniannya. Namun, apalah untungnya memiliki potensi besar jika para pemangku kepentingan tidak memanajemen semua potensi dengan baik dan terencana. Manajerial Kabupaten Banyuwangi berkembang baik hingga dikenal di seluruh penjuru Indonesia karena inovasi yang terus dilakukan oleh Bupati Abdullah Azwar Anas pada masa itu. Maka tak heran jika Banyuwangi menjadi salah satu Kabupaten yang inovatif dengan perekonomian yang semakin meningkat. Perekonomian yang meningkat ini pun tidak lepas dari peran industri, salah satunya yang akan saya bahas pada tulisan ini yaitu Industri Pertanian atau yang biasa disebut agroindustri.

Industri yang baik adalah industri yang dalam pelaksanaannya melakukan manajemen dengan baik. Manajemen ini harus dilakukan mulai awal proses hingga ke pemasaran. Dalam agroindustri harus dimanajemen dengan baik mulai dari bagaimana pengadaan agroinput produksi, pengadaan bahan baku, proses produksi, manajemen limbah hasil produksi, pemasaran, hingga fasilitas kelembagaan itu sendiri. Baiklah, dalam tulisan kali ini akan saya jelaskan bagaimana manajemen yang dimaksud diatas.

Tahapan awal dalam manajemen industri ini adalah agroinput atau agroindustri hulu dimana didalamnya meliputi perencanaan bagaimana produk yang dihasilkan, perencanaan lokasi industri apakah sesuai dengan kebutuhan aksesibilitas yang dapat mempengaruhi dalam proses pengadaan bahan baku hingga ke pemasaran sendiri, perencanaan standar produksi, pengadaan tenaga kerja, serta pengadaan sarana produksi bagi usaha tani yang berpengaruh terhadap pengadaan bahan baku. Input pada industri gula merah ini hanya akan saya jelaskan terkait pengadaan bahan baku yaitu nira kelapa, modal, bahan tambahan, tenaga kerja, alat dan bahan, dan pengrajin gula merah. Langsung saja akan saya jelaskan secara rinci bagaimana industri gula merah di Desa Patoman, Blimbingsari, Banyuwangi ini. Pada postingan saya sebelumnya sudah saya jelaskan bagaimana kondisi wilayah Desa Patoman itu sendri.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula merah ini adalah air nira yang berasal dari pohon kelapa. Pengolahan nira kelapa ini pun harus dilakukan dengan segera dan secepatnya untuk menghindari air nira yang berubah masam. Selanjutnya yaitu tenaga kerja. Tenaga kerja pada industri gula merah ini biasanya berasal dari anggota keluarga sendiri. Tenaga kerja yang dimaksud ini yaitu anggota keluarga laki-laki sebagai penyadap air nira dari pohon kelapa atau di Banyuwangi biasa disebut penderes dan anggota kelarga perempuan sebagai pemasak nira kelapa menjadi gula merah. Kemudian hal yang paling penting yaitu modal. Dalam proses produksinya para pengrajin menghasilkan rata-rata 10 kilogram gula merah setiap harinya. Untuk menghasilkan 10 kilogram gula merah membutuhkan 3 ikat kayu bakar dengan harga perikat 12.000 (3 x 12.000 = 36.000) dan 1 karung sekam padi seharga 5000, sehingga seluruh biaya yang diperlukan dalam menghasilkan 10 kilogram gula merah sebesar 41.000. Adapun bahan tambahan dalam proses produksi gula merah yaitu seperempat kelapa yang diparutkan diatas rebusan air nira yang berfungsi untuk memperbaiki struktur gula merah agar tidak mudah lembek dan muda retak, kelapa ini juga berfungsi sebagai pengawet alami. Selanjutnya apa saja sih alat-alat yang dibutuhkan dalam produksi gula merah ini, adapaun alat-alat yang dibutuhkan yaitu wajan, pembatas berbentuk lingkaran tebuat dari anyaman bambu yang berfungsi untuk menghalangi air nira meluap amber ketika proses perebusan, pengaduk kayu, parutan kelapa, cetakan dari tempurung kelapa/plastik, saringan, drigen minyak untuk proses penyadapan, pisau pengkerut, dan tungku.

Selanjutnya yitu pengadaan bahan baku, pada industri gula merah bahan baku air nira diperoleh dari pohon kelapa. Pengrajin gula merah di Desa Patoman ini menyediakan bahan baku yang berasal dari pohon kelapa milik sendiri dan pohon kelapa milik orang lain dengan sistem bagi hasil.

Setelah bahan baku tersedia, maka berlanjut pada proses produksi pembuatan gula merah. Tahap-tahap atau proses pembuatan gula merah dibagi menjadi beberapa tahap yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda antara lain:

1. Persiapan bahan baku dan alat-alat.

Pada tahap ini, persiapan bahan baku berupa nira dan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses pengolahan diselesaikan pada tahap ini. Pada proses persiapan bahan baku perlu diperhatikan kualitas nira yang akan digunakan. Nira yang nantinya digunakan haruslah nira yang masih segar atau baru saja dipanen dan tidak sampai asam, karena jika nira yang digunakan adalah nira yang sudah asam akan mempengaruhi rasa yang nantinya dihasilkan pada proses produksi.

2. Perebusan

Pada tahap ini nira yang masih segar disaring kedalam wajan perebusan agar kotoran nira tidak ikut masuk. Nira kelapa ini direbus hingga berwarna kecoklatan hingga kental dan sebelum air rebusan menjadi sangat kental hendaklah diberi parutan kelapa. Pada tahapan awal perebusan nira ini juga langsung diberi pembatas dari anyaman bambu tersebut agar juga tidak meluap dan jika tekstur rebusan nira berubah menjadi kental pembatas ini dilepas kemudian diaduk terus menerus agar perebusan nira tersebut juga tidak meluap dan tidak lengket. Dan kemudian wajan diangkat untuk proses selanjutnya.

3. Pendinginan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline