Manusia merupakan makhluk sempurna yang diberikan akal untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Kesempurnaan ini jangan sampai menjadi boomerang apabila cara pandang yang dipakai adalah dengan membangggakan diri. Manusia sebagai makhluk sempurna juga memiliki kekurangan atau keterbatasan yaitu usia, keterbatasan umur atau usia inilah yang mengharuskan manusia untuk melakukan regenerasi untuk menjadi pemimpin di muka bumi, proses dari regenerasi inilah yang disebut sebagai perkaderan, selaras dengan pasal 9 Anggaran Dasar HMI yang mengatakan bahwa HMI berfungsi sebagai organisasi kader.
Perlu kita ketahui bahwa besarnya suatu organisasi tergantung dari bagaimana kesadaran anggotanya secara pasif, kesadaran ini harus di bentuk sejak kader menginjakkan kaki di pintu LK 1. Kesadaran yang di bentuk dalam hal ini merupakan kesadaran konstruktif positif yang mampu memposisikan dirinya didalam kerangka struktur kemasyarakatan, sehingga kontribusi yang dihasilkan tidak hanya ditunjukan dengan sikap resistensi secara parsial namun diadaptasikan secara simultan yang berorientasi terhadap nilai- nilai social kemasyarakatan.
HMI Cabang ciputat adalah salah satu cabang tertua yang memberikan kontribusi nyata dalam membangun SDM dengan tradisi intelektual tinggi, nama besar dan strategi perkaderan merupakan hidangan utama dalam setiap pojok pojok diskusi, Terbangunnya suasana intelektual dengan dosis tinggi ini justru seolah menjadi distopia dengan utopisnya perkaderan di HMI Cabang Ciputat. Perkaderan dalam HMI seolah belum mampu menyentuh post-post sosial kemasyarakatan. Kader HMI terlilit dalam eksklusifitas intelektual dan sibuk meng-upgrade diri secara internal sehingga cita cita terwujudnya masyarakat adil makmur menjadi dongeng yang tidak habis untuk diceritakan.
Tantangan dalam perkaderan tentu selalu tumbuh dalam lintas waktunya, setiap periode kepimpinan mempunyai kendala yang berbeda beda, entah yang berasal dari internal maupu eksternal. Namun menjadi buntu apabila menejerial dari kebutuhan kader HMI atas perkaderan tidak di distribusikan secara canggih kepada kader. Pemenuhan sarana dan prasarana merupan hal penting lain untuk mendongkrak kesadaran kader HMI
Rasa memiliki dan rasa bangga oleh kader HMI dewasa ini kian terkikis, menghilangnya kader pasca LK 1 seolah menjadi hal yang dibiasakan, padahal apabila seluruh elemen dari lokomotif HMI ini berjalan tentu pada akhirnya tidak akan ada penumpang yang turun dan terus kemudian menghilang. Sehingga tidak heran bagaimana intensitas Fluktuatif kader HMI dalam satu tahun kalender begitu tinggi. Hal ini harus segera di minimalisir agar kader dapat konsentrasi dengan HMI. Apalagi dengan adanya Lembaga Profesi tentu menjadikan HMI sebagai universitas kedua untuk kebutuhan Mahasiswa
Kebutuhan kader HMI akan tercapai apabila kader HMI dapat mengaktualisasikan potensinya dalam rumah besar HMI, Terlaksanya hal tersebut dapat mendorong power besar yang dimiliki HMI dengan segala ke-idetifikasianny sebagai rumah para cendikiawan dan intelektual. Bagi Mahasiswa tentu terdengan sangat mewah, namun apalah fungi kemewahan tersebut apabila tidak sampai kepada peran nya sebagai organisasi perjuangan.
Adanya frekuensi yang tegak lurus antara fungsi perkaderan dan peran perjuangan dalam HMI seperti 2 sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan, bagaimana kemudian perkaderan itu hidup dalam setiap nafas kader HMI. Nilai perjuangan kader HMI akn tumbuh jika terus disuntikkan doktrin-doktrin yang tajam, agar terbentuk kader-kader yang militant , loyalis dan gemar membaca.
Post perkaderan HMI sepeeti P3A komisariat, Bidang PA cabang dan BPL Ciputat inilah yang menjadi garda terdepan dalam ruang kontrol yang memadai terhadap penetapan kebijakan dan strategi perkaderan dengan pemberian akses dalam memengaruhi kebijakan mengenai kebutuhan anggaran, kesiapan instruktur, dan penyediaan infrastruktur yang dipandang penting dalam terbentuknya mekanisme perkaderan
Terakhir bagian terpenting dari perkaderan adalah terbinanya insan-insan yang mampu menjawab problematika masyarakat, sebagai control sosial dan mitra kritis. karena sejauh apapun kesadaran kolektif itu dibentuk, akhir dari perjalanannnya adalah yang bermanfaat bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H