Halo! Sampurasun, para pencari ilmu! Kali ini Kang Rebahan akan sharing ilmu ke kalian tentang undak usuk bahasa Sunda. Undak usuk bahasa Sunda atau tatakrama bahasa Sunda merupakan sebuah ragam bahasa Sunda yang memiliki aturan penggunaan bahasa sesuai dengan norma kemasyarakatan di suku Sunda. Sistem penggunaan undak usuk bahasa berkaitan dengan peran pengguna bahasa (orang yang berbicara, diajak bicara, dan yang dibicarakan).
Undak usuk bahasa lahir akibat adanya pengaruh Mataram pada pertengahan abad 17 yang merubah masyarakat yang kekeluargaan ke arah masyarakat yang berkelas sosial sehingga terciptalah tata krama bahasa. Walaupun merupakan sebuah pengaruh dari masyarakat Jawa, namun ternyata undak usuk bahasa memiliki nilai-nilai yang luhur yang dapat menunjukan karakter masyarakat Sunda yang berbudaya dan bernorma. Undak usuk bahasa sangat sesuai dengan konsep sopan santun, keduanya menunjukan tata cara berkomunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik dan aspek-aspek kesopanan, diantaranya lentong/nada suara, pasemon/mimik, rengkuh/ gesture, dan penampilan.
Seperti yang sudah diketahui teman-teman semua, bahwasanya undak usuk bahasa Sunda itu memiliki tiga jenis, yaitu: basa lemes/sopan, basa loma/sedeng, dan basa kasar/garihal. Dalam penggunaanya pun tidak sembarangan karena harus memperhatikan lawan bicara dan orang yang dibicarakan. Tentunya bahasa yang kita gunakan akan berbeda apabila kita berbicara kepada yang lebih tua (saluhureun), yang seumur (sapantaran), dan yang lebih muda (sahandapeun). Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat rumus undak usuk bahasa di bawah ini,
Tabel Undak Usuk Bahasa Sunda
Penjelasan:
Orang ke-1 berbicara kepada orang ke-2 yang lebih tua, menggunakan basa lemes keur ka batur.
Contoh: Upami Bapa parantos tuang?
Orang ke-1 membicarakan orang ke-3 kepada orang ke-2 yang lebih tua, seupama orang ke-3 lebih tua dari orang ke-2, maka menggunakan basa lemes keur ka batur.
Contoh: