Lihat ke Halaman Asli

Dinamika Bisnis Keluarga di Bulan Suci

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jangan sekali-kali meragukan mental entrepreneur bangsa ini. Selalu banyak sarana dan kreatifitas masyarakat kita, dalam urusan mencari ridzki atau menambah penghasilan untuk menghidupi keluarga. Saat badai krisis moneter membumi-hanguskan kehidupan perekonomian negeri, disaat pengusaha kalangan atas ketir-ketir dihantam gejolak tersebut, masyarakat menengah ke bawah Indonesia tampil dengan kreatifitas sendiri untuk menopang perekonomian negeri. Usaha-usaha kecil, industri-industri rumah tumbuh dan berkembang di mana-mana. Pasar-pasar kaget menjadi jadwal atau agenda minggu pagi dan ba`da jum`at. Dan tak terhitung lagi ragam kreatifitas yang diunjukkan oleh masyarakat kita dalam rangka menghidupi diri dan menopang perekonomian negeri. Di Bandung, kota tempat tinggal penulis, usaha-usaha rumahan hasil tempaan krisis moneter itu tumbuh bahkan mampu menjadi penggerak roda ekonomi kepariwisataan. Untuk industri makanan saja, Bandung mencatat banyak legenda hidup, semisal : Bolen Kartika Sari, Roti Bagelen, Gepuk Ny. Yong dan Brownies Amanda. Untuk industri sandang, selain tenar karena factory outlet-nya, Bandung terkenal dengan sederet toko-toko distro, seperti : Board Rider, Ouval, Monik, Omuniuum, 347 atau Pro-Shop. Momen-momen tertentu tak urung digunakan pula sebagai ajang jual-beli para entrepreneur kita. Pertemuan antara penjual dan pembeli dalam momen-momen tertentu itu dikenal dengan sebutan pasar kaget. Setidaknya, kita mengenal pasar kaget akhir pekan, pasar kaget ba`da jum`at dan pasar kaget ramadhan- pasar kaget yang digelar di tempat keramaian setiap menjelang berbuka puasa. [caption id="attachment_236593" align="aligncenter" width="500" caption="Kru Es Goyobod Kliningan @Festival Jajanan Bango"][/caption] Pasar kaget ramadhan, seperti juga pasar dadakan lainnya, mencatat jumlah pengunjung yang fantastik. Segala jenis dagangan, terutama makanan jadi bakal buka shaum, disikat habis dan tak jarang membentuk antrian pembeli. Bintang pasar kaget di kota Bandung saat ini adalah : Sop Buah, Es Shanghai dan Es Goyobod Kliningan Bandung. Coba saja lihat antrian pembeli jenis minuman segar ini, mulai dari pedagang yang mangkal di Alun-alun Bandung, Lapangan Gasibu depan Gedung Sate, Simpang Dago (ujung Jl.Ir.H Juanda), Jl Kliningan tempat Es Goyobod yang terkenal di kota Bandung, juga lokasi-lokasi pertokoan perumahan Real Estate. Saking padatnya pengunjung stand Sop Buah dan Es Shanghai, penulis yang di bulan-bulan selain ramadhan kerap mereguk minuman yang diracik dari berbagai jenis buah-buahan lezat dengan susu kental manis itu, mesti menunggu pesanan selesai sampai setengah jam. Untunglah, untuk membeli Es Goyobod Kliningan yang murah-meriah, penulis tidak harus mengantri selama bila mengantri Es Shanghai dan Sop Buah. Maklum. Arif, pengusaha Es Goyobod Kliningan masih famili. ** Tak hanya mereka yang menggelar dagangan di tempat-tempat tertentu yang bisa ikut ambil bagian mendulang ridzki ramadhan. Dari pelosok-pelosok kampung dan kompleks perumahan, banyak ibu rumah tangga ikut ambil bagian dalam meraih berkah ridzki di bulan suci. Mereka berdagang sandang-pangan keperluan lebaran, tak jarang melibatkan pula suami dan anak-anaknya sebagai pemasar. Bila di pasar kaget Sop Buah dan Es Shanghai menjadi idola pembeli, paket kue kering menjadi primadona para pelanggan ibu-ibu kita yang berkreasi dari dapurnya masing-masing. Paket berisi Kue Nastar, Kue Kacang Mede, Kue Keju, Cheese Stick, Kue Lidah Kucing, Kue Putri Salju dan lain-lain menjadi paket standar yang diburu pelanggan. [caption id="attachment_236584" align="aligncenter" width="500" caption="Kue Kering Ibu Ait "][/caption] Ibu Ait, ibu muda yang di hari-hari biasa bekerja disalah satu garment ternama, adalah salah satu produsen kue kering dadakan di bulan ramadhan kali ini. Meskipun bulan ramadhan baru berlangsung dalam hitungan jari, wanita yang juga penggiat olahraga karate ini sudah memulai kesibukan membuat kue lebaran untuk Idul Fitri 1432 Hijriyah. Ordernya kebanyakan dari sejawat sang suami, tetangga kompleks, atau kalangan keluarga. "Kalau deket lebaran bisa berabe, Bang."ucap Ibu Rina yang telah memulai bisnisnya semenjak lebaran empat tahun lalu itu."Keuntungannya lumayan. Bisa bantu mencukupi kebutuhan suami dan anak-anak, dan yang lebih penting, bisa nambah-nambah celengan bakal bekal di akhirat." tambahnya lagi setengah berkelakar. "Celengan akhirat ?" "Iya, buat nambah-nambah sedekah dan ngasih ke orangtua dan sanak saudara."jawab Ibu Ait dengan lugas, sembari menambahkan, bahwa keuntungan dari bisnis rumahtangga ini bisa menyentuh angka 3 Juta perak ! "Biasanya batur di rumah pun seneng kalau banyak pesanan dari mana-mana. Lumayan, pulang kampung mereka bisa dapet THR dobel."tambah Ibu Ait yang dalam menangani pesanannya dibantu oleh dua orang pembantu rumahtangga. *** Bila Ibu Ait mempekerjakan dua orang pembantu rumahtangganya, maka lain halnya dengan Ibu Kania. Istri seorang pengusaha IT di kota Bandung ini justru mengerahkan seluruh anggota keluarganya dalam mengelola pesanan kue kering dan basah. "Anak-anak gadis saya bisa merangkap asisten pembuat kue sekaligus pemasarannya. Bapaknya juga aktif menyebar sample kue bikinan keluarga."jelas Ibu Kania kepada penulis. Hikmah yang didapat selain ridzki dalam bentuk material adalah bertambah kompaknya Ibu Kania dengan suami dan empat anak-anaknya (dua wanita, dua laki-laki). Anak gadisnya bisa mengisi waktu menunggu maghrib dengan belanja kue atau membantu sang ibu dalam proses pembuatan. Sebuah berkah yang dianggap luar biasa oleh Ibu Kania adalah sikap kedua anak lelakinya yang jauh dari gengsian, dalam membantu pemasaran kue bikinan sang ibu. "Kalau anak-anak lain ngebut di track dadakan, anak lelaki saya ya ngebut sekeliling kompleks atau daerah yang nggak jauh dari sini, buat nyebarin sample dan nganvas pesanan." Ketika ditanya masalah ibadah selama bulan ramadhan, Ibu Kania mengaku bisa membagi waktu. Menurut dia, banyaknya kesibukan tidak menutup kemungkinan untuk menunaikan shalat tepat waktu. Justru waktu menjadi sedemikian efektif, dan lapar-dahaga menjadi tak kentara, waktu serasa cepat, sebab diisi dengan kegiatan yang positif. "Kami ini biasa shalat tarawih bersama di rumah. Sepulang Bapaknya dan anak-anak dari shalat Isya` berjamaah, kami bersama-sama tarawih di mushola rumah. Habis itu, ya nongkrongin oven sama mixer lagi" jelas Ibu Kania, sambil menyodorkan sekantong kripik ceker, kacang mede, dan kue keju yang masih hangat. "Sekalian promosi, Bang Redi." ** Kegairahan di pasar kaget dan semangat ibu-ibu untuk berlatih wirausaha itu merupakan cermin, betapa rakyat masih antusias untuk menggerakkan hidup di negeri yang begitu carut-marut ini. Hal tersebut merupakan cermin bagi sebagian kita yang belum tergerak atau kerap malas menjemput ridzki, bahwa ternyata banyak cara untuk meraih ridzki yang halal dan penuh berkah. Kita tinggal memperhitungkan waktu yang tepat, untuk unjuk apa pun keterampilan kita yang bisa digunakan dalam menggarap prospek bisnis. Dijamin, dengan kontinuitas dan kesabaran, sukses pun bisa kita gapai. Pengalaman penulis dalam mengamati aktivitas usaha selama ramadhan ini pun memberikan pencerahan kepada penulis, bahwasanya Allah memang telah merancang banyak jalan untuk manusia agar sampai pada ridzki-Nya. Ya, tak hanya menuju Roma, ternyata banyak juga jalan menuju ridzki.(reda) **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline