Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan: Saatnya Jatuh Cinta kepada Qur'an

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada bulan Ramadhan permulaan Al Qur`an diturunkan. Umat Islam memperingatinya sebagai Hari Nuzulul Qur`an. Dalam bulan ini pula, Rasulullah SAW bersama Jibril a.s. diriwayatkan kerap bertemu untuk saling menikmati bacaan dan meresapi makna kandungan ayat-ayat Qur`an. Menurut fungsinya Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Yang melengkapi ilham fitrah, panca indera dan akal yang dianugerahkan Allah kepada setiap manusia, dalam mengarungi kehidupannya. Satu hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa dan asumsi tersebut bahwasanya, bulan Ramadhan adalah bulan petunjuk, juga bulan belajar Qur`an.

Alhamdulillah, di bulan Ramadhan kali ini, sebagaimana tradisi tahun-tahun sebelumnya, tadarus Al Qur`an tetap menjadi program rutin harian. Di masjid-masjid Jami` atau surau-surau kampung, semarak tadarus tampak setiap ba`da subuh juga setiap ba`da tarawih. Halaqah muslimah biasanya tadarusan setiap ba`da subuh, halaqah muslimin biasanya tadarusan setiap ba`da tarawih.

Banyak juga keluarga atau perorangan yang memulai kegiatan harian atau menjelang tidur malam, dengan pengajian Qur`an. Sebagaimana di masjid-masjid atau majelis ta`lim, adakalanya mereka saling mengoreksi bacaan juga membahas makna ayat per ayat. Mereka biasanya menentukan target dari kegiatan tadarusnya. Ada yang mencanangkan khatam sebulan, ada yang mencanangkan khatam seminggu sekali, atau ada yang sekadar mengintensifkan diri dan keluarganya dengan Al Qur`an, tanpa target khatam sama sekali.

Bagi mereka yang belum bisa membaca Al Qur`an, bulan Ramadhan adalah tenggat yang tepat untuk mulai mempelajari kitab petunjuk dan `kitab cahaya` ini. Semarak aktivitas dan momen ibadah yang begitu terasa selama Ramadhan mesti dimanfaatkan seoptimal mungkin, jika untuk mengawali belajar diluar bulan suci mereka masih merasa malu ataupun ragu. "Jadikan Ramadhan sebuah awal, dan niatkan kontinuitasnya untuk bulan-bulan kedepan, untuk waktu-waktu diluar bulan suci nanti."begitu nasehat ulama besar Buya Hamka suatu kali.
***
Dalam hidup keseharian sering kita menyaksikan orang iri terhadap kehartawanan orang lain, kerupawanan orang lain, atau hasut terhadap berbagai hal duniawi yang ada pada diri orang lain. Hasut yang demikianlah, yang membuat hati terasa sempit, menjadi lelah, karena segala upaya dikerahkan untuk memenuhi keinginan hawa nafsu, padahal apa-apa yang diperjuangkan keberadaannya itu hakikatnya tidak kekal. Ketika daya telah habis dikerahkan, dan apa yang diinginkan tidak juga terwujud, tinggal dirilah yang merugi sebab kehilangan waktu dan kekurangan bekal untuk kehidupan akhirat yang abadi.

Termaktub dalam Riyaadush Shaalihiin, halaman 467-469, bahwa kita boleh hasut atau ingin memiliki seperti apa yang dimiliki orang lain dalam dua perkara. Apakah dua perkara tersebut ? Dari Ibnu Umar r.a., Nabi SAW bersabda : "Tidak boleh hasut kecuali dalam dua perkara, yaitu : orang yang dikaruniai Allah Al-Qur`an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang."(Hadits Muttafaq `Alaih)

Sebagaimana Allah menentukan bulan Ramadhan sebagai awal waktu turunnya Al Qur`an Nur Karim, Ramadhan kali ini hendaknya menjadi awal `turun`-nya hikmah kesadaran dihati mereka yang sebelumnya jauh dari Al Qur`an, sehingga mulai giat mempelajari, membaca dan mengamalkan ayat-ayat petunjuk yang termaktub didalamnya. Semoga Ramadhan kali ini menjadi waktu awal, saat semakin hasutnya kita, terhadap orang-orang yang dikaruniai keutamaan seperti digambarkan dalam hadits dari Ibnu Umar r.a. diatas.

Dengan hasut sebagaimana dipaparkan dalam hadits Ibnu Umar r.a., Insya Allah batin kita menjadi kaya oleh petunjuk, derajat kita mulia, dan kelak bisa tinggal dalam tingkatan surga yang tinggi. Sebagai motivasi, kita bisa merenungi makna hadits dari Abdullah bin Amr bin Al `Ash, yang berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :"Dikatakan kepada pembaca Al Qur`an : "Bacalah, naiklah, dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir hayat yang kamu baca."(H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Sungguh betapa tinggi derajat ahli Qur`an, yang intens membaca, meresapi makna, memberi pelajaran dan mengamalkan apa-apa yang termaktub dalam firman-Nya, bila kita menghayati sabda Rasulullah SAW tersebut.(aea)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline