Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Fenomena E-Bike Listrik di Jakarta: Kendali Polusi dan Konsumsi BBM?

Diperbarui: 19 Februari 2019   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika ngider di dekat perumahan DPR Kalibata, saya lihat motor warna kuning yang ada pedalnya. Suami bilang, itu motor lisrik, tetapi bisa dikayuh kalau batre habis. Modelnya lucu, depannya bisa bawa anak atau belanjaan (cara mikir emak emak he he). 

Harganya berapa? Tanyaku. Oh itu gak dijual tapi disewa, kata misua. Mosok sih disewa, apa yang nyewain gak takut motornya dimalingin? Jiahh, itu motor canggih, nguncinya aja pake aplikasi.

Penasaran akhirnya saya cari info soal motor Listrik ini. Ternyata untuk menyewanya, kita juga kudu install aplikasi Migo. Nanti kita akan diberi tahu lokasi penyewaan. Sekaligus tempat isi batrenya. Di Jakarta sendiri sudah 100 titik. Sementara di Surabaya,.tempat awal aplikasi ini diluncurkan sudah 200 titik. 

Kalau di Jakarta, sewanya Rp 3000/30 menit. Kecepatan maksimumnya 40 km/jam. Jadi dengan Rp 3000 kita bisa muter muter sejauh 20 km. Lumayan juga. Itu kalo gak macet loh.

Yang menarik apakah aplikasi ini bisa sefenomenal Gojek dan Grab? Yang jelas pak polisi udah wanti wanti, di Jakarta dijalanan utama alias protokol migo akan ditilang? Tetapi jalan kampung, gang gang, bolehlah. Anak kecil dibawah usia 17 tahun juga gak boleh pakai. Persyaratan sewanya juga emang gitu, kudu diatas usia 17 tahun.

Kemudian, apakah mengendarai migo ini membutuhkan SIM? Tetapi kan dia juga sepeda? Setelah gagap dengan regulasi  ojol, karena tidak diakomodir di UU, maka bisa jadi E-Bike ini juga perlu stakeholder untuk membuat rambu rambu aturan mainnya. Kan gak mungkin cuma aturan lisan.

Yang jelas selama ini kenderaan bermotor menyumbang pencemaran parah di Jakarta. Biaya kesehatan pertahun bisa triliunan rupiah. Belum lagi konsumsi bensinnya yang gila gilaan. Indonesia sudah net importir bahan bakar fosil. 

Maka kehadiran motor listrik yang tanpa polusi bisa jadi suatu terobosan baru? Apalagi jika arahnya pengendalian konsumsi energi fossil ke listrik. Walaupun pembangkit listrik ada yang pake minyak bumi dan batubara yang amat mencemari, tetapi diversifikasi energi primer pembangkit lebih banyak yang bisa dikembangkan. 

Dan sebaiknya tidak hanya satu aplikasi untuk ini. Tetapi para produsen motor listrik ataupun yang sejenis, bisa memulai revolusi kenderaan motor listrik berbasis aplikasi juga sebagai alternatif kenderaan publik di kota yang sudah demikian sesak oleh Polusi udara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline