Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Ketika Bandara dan Tol Kian Sepi

Diperbarui: 7 Februari 2019   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Pertengahan January 2019 lalu saya sempat cari tiket dari Jakarta ke Medan di awal February untuk menghadiri pernikahan saudara. Kaget banget lihat harga tiket nya, minimal Rp 2 juta  hingga Rp 3 juta.  

Ini rekor menurut saya, karena ketika mudik lebaran aja atau pas musim liburan harga tiket paling mahal Rp 1,5 juta. Kalau gak musim liburan bisa dibawah Rp 1 juta? 

Kata suami kalau mau murah bisa transit di Penang, harga ticket Jakarta-Penang Rp 500 ribu, kemudian dari Penang ke Medan Rp 500 ribu. Jadi total Rp 1 juta. Tetapi kudu pake paspor. Duh serasa bepergian antar negara. Konektivitasnya mana nih?

Kami gak jadi berangkat karena anakku kena DBD. Dan tadi saya lihat berita TV di Kuala Namu Sumut, bandaranya kian sepi. Karena ada 30-an penerbangan dibatalkan. Sedangkan penerbangan transit Penang atau Kuala Lumpur meningkat 10-15%. 

Mahalnya harga tiket pesawat ini terkait juga dengan mahalnya harga Avtur yang dijual Pertamina ke maskapai penerbangan. Ini juga gak masuk akal. Dimana Pertamina sebagai BUMN monopoli menjual avtur sangat mahal di negara sendiri dibandingkan Pertamina menjual di Singapura (20% lebih murah). 

Bukan hanya tiket mobilitas manusia yang mahalnya gak ketulungan. Tetapi juga cargo pesawat yang naiknya hingga 300% sehingga Pelaku Usaha produk Segar via kargo pesawat mengeluh. Ada yang sampai 2 bulan tidak lagi mengirimkan produknya (pertanian dan kelautan). 

Itu dari udara. Bagaimana dengan darat? Ternyata tarif jalan tol di Indonesia juga termahal di ASEAN. Indonesia berkisar Rp 1300-Rp 1500/km, sedangkan di Singapura Rp 778/km, di Malaysia Rp 452/km, di Thailand Rp 440/km, di Pilipina Rp 1050/km, di Vietnam Rp 1200. 

Makanya truk-truk logistik justru tidak lewat tol, tetap lewat jalur biasa karena mahalnya harga tiket tol. Jalan tolpun tetap sepi dan rawan kecelakaan.

Yang jelas infrastruktur dibangun untuk konektivitas tentu jika harga terjangkau, terakses, kontinu, dibutuhkan, dan strategis keberadaannya. Jika mahal, tidak terakses, tidak dibutuhkan maka untuk apa dibangun? 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline