Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Bertemu Orang Uighur

Diperbarui: 10 Januari 2019   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada suatu pagi hari libur beberapa tahun lalu (2014), suami saya mengajak saya ikut menjemput tamunya dari Xinjiang. Suamiku ketika itu memang kerja di perusahaan bagian export, dan dia sebelumnya memang ke Shanghai, Xinjiang, Kazakhstan, Armenia, Ukraina, Belarus. Jadi ini semacam kunjungan balasan?

Jadilah kami menjemputnya di kedatangan internasional Soetta. Dia datang sendiri. Dan dia orang Uyghur. Suamiku mengenalkan aku sebagai istrinya. Setelah itu sepanjang perjalanan kami ngobrol. Tadinya dia bicara bisnis aja ma suamiku. Terus aku tanya soal Islam disana. Dia sebenarnya enggan. Tapi akhirnya.bicara juga. 

Katanya, betapa umat Muslim dipersulit disana. Dia saja sangat sulit untuk mendapatkan paspor ke luar negeri. Padahal untuk urusan kerja. Gak ada kaitannya ma agama. 

Mereka tidak boleh haji, kecuali yang sudah diatas usia 60 tahun. Anak usia dibawah 18 tahun dilarang ke mesjid. Dan ada diskriminasi soal pekerjaan di Xinjiang. Dimana etnik Uyghur sulit mendapatkan pekerjaaan, bahkan di Xinjiang sendiri, karena diutamakan orang Han.

Suamiku sendiri yang pernah ke Xinjiang juga bilang seperti itu. Walau ketika itu dia disana lagi hari raya Idul Adha. Dan untuk sholat yang setahun sekali ini memang tidak dilarang, tetapi tetap diawasi secara ketat.

Ketika tahun 2014-2015 itu saya masih bisa mengakses media sosial Islam di China. Suamiku juga masih say hello dengan temannya orang Uyghur.  Tetapi setelah itu tidak bisa diakses lagi. Tampaknya media sosial juga ditutup oleh pemerintah Tiongkok? Ini juga menunjukkan skala represi yang kian meningkat?

Jadi darimana hendak mengakses berita di Xinjiang? Apa dari kantor berita Tiongkok? Atau media Tiongkok yang tentu sudah disaring dan jadi alat propaganda Tiongkok?

Yang jelas laporan Amnesty International (2018) menyebutkan anggota anggota keluarga yang ditahan hilang tanpa jejak. Ada imigrasi etnis mayoritas Han ke Xinjiang besar besaran yang menimbulkan diskriminasi etnik Uyghur. 

Sedangkan Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial PBB (2018) menyebutkan terjadi penahanan ekstrayudisial dalam jumlah besar. Terjadi pembatasan ekspresi beragama Islam. Sekitar 1 juta warga Uyghur ditahan di kamp.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline