Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Tsunami, dan Kemiskinan di Tengah Gemerlap Resort di Tanjung Lesung?

Diperbarui: 10 Januari 2019   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah korban tsunami, foto Ilyani

Hari minggu lalu (30 Des'2018), kami ke daerah Pandeglang Banten untuk menyalurkan bantuan keluarga ke korban tsunami. Niatnya hendak ke Sumur, karena dari berbagai media disebutkan para pengungsi disini masih banyak yang belum menerima bantuan.

Maka setelah Subuh kami berangkat. Dengan Mobil  yang penuh dengan muatan berdus-dus susu UHT anak anak, mukena, selimut bayi (karena lihat di Kompas TV katanya yang belum ada mukena dan selimut bayi) dan dus minyak telon. 

Kami menyusuri jalan tol Jakarta-Merak yang keluar di pintu Serang. Jalan tol ini ternyata termasuk tertua di Indonesia (setelah Jagorawi) sepanjang 98 km, dibangun tahun 1984. Dikiri kanan tol begitu hijau dengan tanaman. 

Begitu lewat Tanjung Lesung, waduh jalanan parah banget. Masih tanah dan berlubang lubang. Ternyata banyak juga deretan Mobil yang hendak ke Sumur. 

Bahkan ketika sampai belokan ke arah Sumur, Mobil macet gak.bergerak. Seorang lelaki berpakaian Pemuda Pancasila nyamperin kami, katanya 'Pak jalannya kecil dan rusak parah. Mobil antri panjang (ternyata semuanya mau nyalurin bantuan ke Sumur). Kecuali kalau bapak mau inep di jalan silahkan nunggu antri, katanya.

Jiahh, akhirnya kami berbalik arah. Menyusuri lagi jalanan di tepi pantai melewati Tanjung Lesung. Melihat lagi Vila, hotel, resort yang tersapu tsunami. Suamiku bilang di lahan yang telah kosong, sebelumnya ini adalah pondokan resort untuk penginapan. Karena seminggu sebelum tsunami dia kesini. 

Kenapa ya, untuk penginapan gini juga gak dibikin aturan agar tak langsung di tepi pantai? Harus berjarak paling tidak 1 km dari bibir pantai? Jangan masyarakat aja yang direlokasi, tetapi juga hotel, Vila dan resort?

Setelah melewati Tanjung Lesung, disuatu belokan jalan kami melihat perkampungan yang terkena tsunami. Akhirnya kami ke sini dan memutuskan untuk memberikan bantuan langsung kepada warga desa yang terdampak tsunami. Warga desa ini kalau siang jenguk rumahnya, kalau malam ke lokasi pengungsingan.

Di sini ada puluhan rumah yang rusak parah tersapu tsunami. Seorang ibu yang kami temui rumahnya sudah tersapu habis. Tidak bersisa. Rumah rumah itu berdinding bambu. Masih ada yang berlantai tanah, dan lainnya semen/keramik. Rasanya gimana gitu, tak jauh dari ibu kota Jakarta, di sebelah resort mewah, masih ada perkampungan berbilik bambu berlantai tanah?

Satu persatu bapak pemilik rumah diajak ngobrol ma suamiku. Alhamdulilah walau rumah hancur, mereka selamat. Setelah bantuan barang dan uang cash kami bagi akhirnya kami pulang. 

Pas pulang sampai digemerlapnya Ibukota. Gedung-gedung pencakar langit dan jalan bertingkat tingkat. Rasanya berkecamuk, melihat bahwa ada kesenjangan yang demikian dalam tak jauh dari sini.  Infrastruktur jalan tanah sempit berlubang lubang, dan rumah bambu berlantai tanah?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline