Sejak keluarnya KepMen ESDM no.1802 K/30/MEM/2018 tentang ijin tambang emas di Blok Silo tanggal 23 April 2018, warga 4 desa sekitarnya tidak tenang. Dampak lingkungan yang akan terjadi sudah membayang. Air bersih akan berkurang. Banjir dan tanah longsor bisa menerjang. Sumber penghidupan mereka sebagai petani bisa terancam.
Belum lagi masalah limbah. Sekelas Freeport aja limbahnya mencemari sungai laut dan tanah. Apalagi ini tambang silo dekat sekali pemukiman warga.
Merekapun bersuara. Ramai ramai protes ke Bupati Jember, Faida. Sudah jelas ijin tambang menyalahi Rencana Tata Ruang Wilayah. Tetapi kenapa malah ijinnya keluar dengan mudah?
Bupati meneruskan protest ke Gubernur hingga yang memberi ijin, Menteri ESDM, Jonan. Tetapi tidak ada response seperti yang diharapkan. Malah mereka kedatangan tamu tak diundang. Tiga WNA Tiongkok yang hendak survei tambang. Warga langsung menghadang. WNA itupun diamankan.
Warga 4 desa ini kembali gelisah. Suara protest mereka dianggap tiada? Merekapun kembali demo besar besaran. Datang ke ibukota kabupaten dengan suatu harapan. Semoga ada perbaikan kebijakan. Semoga ada keberpihakan.
Jika ijin diteruskan, maka akan semakin massif kerusakan lingkungan. Hutan dibabat, tanaman dikeruk, sumber air berkurang, tanah menjadi rentan.
Berdasarkan catatan Walhi Jatim, tahun 2016 saja area tambang di Jatim sudah mencapai 551.649 ha luasan. Kemudian bencana ekologis seperti banjir, longsor, kekeringan tahun 2016 sudah mencapai 386 kejadian. Sementara tahun 2017 ada 482 kejadian dampak lingkungan. Ini berarti meningkat signifikan.
Masyarakatlah yang paling menderita terdampak lingkungan. Sementara mereka tidak memperoleh apa apa dari tambang. Kata mereka kami sudah cukup jadi petani menggarap sawah kebun dan ladang. Kami juga menanam kopi, cabai, alpukat hingga durian. Hasilnya bisa untuk makan dan biaya pendidikan.
Semoga pemerintah bisa moratorium tambang. Fokus merehabilitasi lingkungan. Karena dampaknya sungguh mengerikan. Kerugian biaya lingkungan triliunan. Belum lagi jiwa jiwa yang menjadi korban. Atau sakit karena asap dan racun limbah yang mematikan.
Ada lebih 14 juta lahan kritis di negeri ini. Lahan kritis karena keserakahan manusia mengeruk bumi. Dan itu sungguh butuh keseriusan untuk direboisasi dan direhabilitasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H