Kalau kita jalan jalan ngider di Jakarta, maka kita akan takjub dengan pembangunan Jakarta yang tanpa jeda. Riuh rendah. Ada LRT, MRT, jalan layang non tol, jalan tol. Padahal untuk jalan tol dan layang non tol sudah bertingkat tingkat. Melingker lingker.
Pembangunan infrastruktur itu tentu memerlukan pengorbanan warga Jakarta yang harus rela terkena macet jalan yang menyempit. Maklum LRT, MRT, jalan layang, jalan tol itu pake badan jalan publik, yang membuat jalan menyempit.
Kemacetan luar biasa beberapa tahun ini memang membuahkan kondisi udara Jakarta yang sangat parah tingkat pencemarannya. Itu saja sudah sangat berbahaya bagi kesehatan warga Jakarta. Ampiun deh. Kita berharap semoga infrastruktur ini cepat selesai, dimanfaatkan secara optimal, dan jalan yang ada ditata kembali pemanfaatannya. Terutama aturan soal pemakaian mobil pribadi.
Tetapi ternyata pembangunan belum selesai. Ada lagi rencana pembangunan 6 ruas jalan tol dalam kota Jakarta. Kegiatan ini masuk dalam kegiatan strategies national yang ditandatangani Jokowi. Padahal Anies (termasuk Jokowi ketika jadi Gubernur Jakarta) menolak 6 ruas tol dalam kota ini. Eh, 2 bulan setelah Anies dilantik, masalah tol dalam kota ini masuk dalam strategies national pemerintah pusat yang harus segera dilaksanakan. Kok Jokowi berubah ya pas jadi President?
Jalan tol adalah karpet merah bagi penambahan kepadatan mobil pribadi di ruang terbuka Jakarta. Emang bisa mengurai kemacetan?
Yang namanya jalan layang mesti akan turun, yang tol tetap akan keluar di jalan publik yang lebarnya makin menyempit kepotong jalan tol itu. Parrah semuanya bikin makin banyak titik titik bottle neck antrian muacett. Kok jadi ngerasa bangun jalan di Jakarta ngasal gak pake mikir tata ruang yak?
Selain karpet merah bagi mobil pribadi, 6 ruas jalan tol ini juga akan memakai jalan publik lagi? Enak banget ya, jalan publik makin kepotong dah, makin sempit, makin macet, kepake untuk jalan berbayar.
Sudahlah, sistem transportasi di Jakarta harus dibenahi dengan paradigms baru. Kalau perlu car free day di tambah bukan hanya hari minggu tetapi 1 hari kerja setiap bulan. Uji coba dulu. Kalau oke, jadi setiap hari kerja di jalan jalan protokol bisa car free day.
Apalagi jalan jalan protokol sudah terakses transportasi publik semacam busway, MRT dan KRL. Jadi pake bus kecil jemputan aja dari setiap perusahaan yang ada di area ini, nungguin di tempat penghentian transportasi publik.
Jangan, jangan beri lagi karpet merah mobil pribadi di Jakarta. Ngeri rasanya lihat kemacetan bertingkat tingkat di Jakarta? Makin parah, udara Jakarta pun makin berkabut polusi.
Sebagai Gubernur, Anies harusnya tegas dan bisa menolak 6 ruas tol ini. Semoga...