Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Ini Penantang Ahok Paling Potensial

Diperbarui: 2 Maret 2016   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Djarot Saiful Hidayat saat dilantik menjadi wakil gubernur DKI Jakarta (Kompas/ Lucky Pransiska)"][/caption]Setelah Ridwan Kamil mundur dari Pilgub DKI, bisa dikatakan Ahok gak ada lawan yang rada setara. Bahkan kalau Sandiago Uno yang maju, Yusril atau Adyaksa Dault, teteup aja bakal keok tuh menurut saya. Karena walaupun terkenal, saya merasa mereka bertiga tidak punya track record yang bisa "dijual".

Sebenarnya ada satu orang yang menurut saya paling potensial menantang Ahok di Pilgub 2017. Siapakah dia? Taraa... dia adalah Wagub Ahok sendiri, yaitu Djarot Saiful. Ada 5 alasan mengapa DS potensial menantang Ahok di pilgub DKI 2017:

1. Djarot Saiful adalah pemimpin daerah yang memiliki track record sangat layak jual. Dia pernah jadi bupati Blitar periode 2000-2010 di mana ketika menjadi bupati itu Blitar mengalami perubahan yang signifikan. Dari daerah yang termasuk nomor 2 termiskin di Jatim menjadi daerah 3 besar terkaya di Jatim, memangkas birokrasi, menata ribuan PKL, memperbaiki rumah-rumah tidak layak (sangat miskin dengan lantai tanah) di Blitar menjadi layak huni. Miriplah dengan program kampung deretnya Jokowi.

2. Sebagai wagub (walaupun singkat), Djarot sudah bersinggungan dengan birokrasi DKI Jakarta, dan mengetahui permasalahan DKI Jakarta secara langsung. Djarot diangkat menjadi wagub pada bulan Desember 2014, jadi bisa dikatakan sudah lebih dari setahun lah kalau mau mendalami persoalan DKI Jakarta. Waktu sebagai wagub juga bisa dimanfaatkan untuk blusukan, bertemu warga dan memahami kebutuhan warga DKI.

3. Djarot berasal dari PDIP, sementara di DKI Jakarta ini PDIP sebagai partai pemenang. Jadi, dukungan PDIP akan sangat penting untuk memuluskan langkah Djarot sebagai cagub DKI. Kecuali tentu kalau PDIP mendukung calon lain, Ahok misalnya.

4. Nah ini bukan SARA. Faktor kesukuan juga penting di DKI Jakarta, karena ternyata etnik terbesar yang menempati DKI Jakarta adalah orang Jawa (35,16%), kemudian Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,6%), Minang (3,2%), dst-nya. Jadi etnik tertinggi adalah suku Jawa. Ini hanya faktor pendukung karena bagaimanapun adu program yang terpenting.

5. Walaupun agak jauh, sebenarnya gaya Djarot mirip dengan Jokowi, suka blusukan. Tetapi emang Djarot gak secepat Jokowi blusukannya. Kalau Jokowi sehari aja sudah bisa ke mana-mana. Orang yang ngikut bisa keteter.

Itu aja 5 poin yang menurut saya potensial. Walaupun rada gimana gitu kalau Djarot sebagai wagub yang nantangin gubernurnya, tetapi secara politik bisa saja terjadi. Namanya politik, hehee. Hanya Djarot kurang populer, tetapi itu kan bisa di-create dengan cepat selama setahun ini.

Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline