Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Pak Jokowi, Indonesia Butuh Cepat Logistik, bukan Shinkansen!

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14273161601725966119

[caption id="attachment_405352" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/kompasiana(KOMPAS.COM/CHRISTINA ANDHIKA SETYANTI)"][/caption]

Ketika tadi saya pulang menyusuri tol ringroad Jakarta menjelang siang, ampiun dah, muacett banget. Dan kemacetan itu karena truk-truk berjejer seperti semut disemua ruas jalan tol. Memang kalau siang gini, truk, pick up, dan sejenisnya keluar deh dari sarangnya, mengangkut barang.  Kalau pagi truk gak boleh lewat, ya mau ruas jalan yang mana, karena sudah penuh dengan mobil pribadi yang juga macet gak ketulungan. Kalau kita ke bandara, pemandangan  padat banget seperti  ini juga bisa terlihat yang ke arah Tanjung Priok, pelabuhan untuk kargo muatan barang.

Melihat truk-truk yang dipenuhi barang tersebut, langsung mikir, bagaimana dengan daya saing produk Indonesia? Berapa ongkos kemacetan, produk jadi lama dijalan, -mesti udah susut juga tuh nilainya, didalam pengukuran daya saing produk Indonesia?

Menurut  KADIN biaya logistik di Indonesia sebagai yang tertinggi di dunia, mencapai 24% PDB  atau sekitar Rp 1.820 Trilyun rupiah, terdiri dari biaya transportasi (60%),  biaya penyimpanan (30%) dan biaya administrasi (10%). Jadi biaya transportasi sendiri sudah memakan Rp 1.092 Trilyun.  Yang bikin mahal tentu kemacetan tersebut, termasuk lama loading di pelabuhannya, yang belum memakai sistem canggih yang cepat.

Seharusnya investasi percepatan pembangunan infrastruktur untuk logistik ini diprioritaskan.  Terutama di seputaran Jakarta gini deh. Bikin sekalian yang canggih banget, gak pake lama, sehingga bisa langsung dioperasionalkan.  Sebenarnya sempat baca di bulan Juni 2014  memang ada rencana akan dibangun akses melalui kereta api ke Tanjung Priok, tetapi sampai kini kok gak kedengaran lagi kabarnya? Apalagi program infrastruktur Jokowi untuk rel kereta dan jalan ternyata di luar Jawa. Bagus sih, tetapi didepan mata ada kebutuhan yang mendesak, massa tidak diselesaikan?

Setelah lihat kemacetan truk barang, eh sore ini baca Jokowi ingin bikin Shinkansen, seperti yang ada di Jepang. Aduh, kenapa ya, kalau hanya angkut penumpang antar provinsi, sudah tidak prioritas lagi kali di Jawa, dengan banyak pilihan moda transportasi. Yang dibutuhkan itu transportasi massal yang terjangkau bagi masyarakat ( diluar KRL) di Jabodetabek, karena tingginya kebutuhan para komuter di Bodetabek yang bekerja di Jakarta, sekitar 7-8 juta orang/hari. Apalagi pengangkutan logistik yang belum ada alternatifnya ke Tanjung Priok.

Lagipula, sebenarnya pemerintahan Jokowi sudah membatalkan proyek Shinkansen. Salah satu alasannya, proyek ini hanya untuk negara dengan pendapatan perkapita minimal USD 10.000. Lah pendapatan perkapita Indonesia gak sampe setengahnya. Kecuali ada swasta yang nekat mau investasi, dengan pertimbangan BEP 30-40 tahun, ya monggo kali. Tetapi jangan dengan APBN, yang seharusnya prioritas sudah jelas untuk infrastruktur arus barang  karena sudah darurat di Indonesia.

Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline