Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Apa Kabar N250, Pesawat Kebanggaan Indonesia?

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika menonton film Habibie-Ainun, yang membuat hati meleleh, tentu saja bukan hanya kisah percintaan dua anak manusia yang begitu indah. Tetapi juga soal nasionalisme Indonesia.

Makanya, ketika selesai nonton, saya benar benar pengen tahu, bagaimana nasib selanjutnya pesawat pesawat 'bikinan' Habibie tersebut? Apakah menjadi besi tua? Atau apakah perusahaan yang didirikannya menjadi lemah tak berdaya?

Dalam film HA tersebut, diperlihatkan bagaimana ketika pesawat N250 diluncurkan, betapa bangganya Indonesia. Rakyat menonton hingga ke dusun dusun, dengan antena yang harus 'dipegang' biar tv nya gak goyang. Dan semua bersorak bahagia begitu pesawat lepas landas, dan kembali dengan selamat ke pangkalan.

Pesawat N250, pesawat pertama didunia yang dilengkapi dengan teknologi  fly-by-wire, sistem yang sudah menggunakan komputer. Disebut N250, karena N merupakan singkatan Nusantara, 2 berarti memiliki 2 mesin turbo propeller dan 50 artinya memiliki kapasitas 50 penumpang.

Visi Habibie dengan membuat pesawat ini jelas, yaitu untuk menghubungkan pulau pulau kecil Indonesia. Dan dengan mesin baling baling itu, berarti pesawat tidak membutuhkan landasan yang panjang untuk mendarat. Bahkan untuk dunia pun, pesaing pesawat ini hanya beberapa jenis.

Setelah uji coba tahun 1995 tersebut, N250 mencoba mendapatkan sertifikasi di Norwegia, untuk memenuhi persyaratan keamanan pesawat sipil. Bahkan setelah ini, pemesanan untuk N250 sudah datang, sebanyak 120 pesanan. Nilai kontrak yang dicapai ketika itu USD 1,2 Milyar!

Bahkan untuk memenuhi pesanan tersebut, PT.DI merekrut ribuan pekerja. Peralatan dan teknologipun sudah didatangkan.

Sayang, krisis ekonomi melanda Indonesia. Persyaratan IMF menyatakan bahwa PT. DI tidak boleh menjual pesawat! Ada apakah ini sebenarnya?

Persyaratan yang langsung membuat PT. DI sekarat. Ketika sekarat itu, pekerjaan apa saja dilakukan oleh PT.DI, asal tidak membuat pesawat. Mulai dari membuat mesin panci, pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin untuk perusahaan minyak dan gas, hingga pemeliharan mesin-mesin pesawat.

Sekarang PT.DI tentu sudah tidak terikat lagi dengan ketentuan IMF tersebut. Tetapi pemesanan N250 memang belum ada lagi. Prototype N250 ini sendiri masih ada di PT.DI.

Hayyo, apakah ada penerbangan dalam negeri mau memesan? Melihat tingginya tingkat penerbangan sekarang ini, semoga aliran devisa tidak sia sia digunakan hanya untuk membeli pesawat luar negeri. Terutama untuk penerbangan pendek atau antar pulau pulau kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline