Mesir memang sedang euforia demokrasi. Setelah Jumat lalu sejumlah komponen Salafi demo di Tahrir menuntut penegakan syariah Islam, sekarang seorang Shekh Salafi, Sheikh Murgan Salim Al Gohary menuntut agar pyramid dan sphinx di Mesir harus dihancurkan
Sheikh ini pula yang telah berhasil menghancurkan patung Buddha di Afganistan dahulu. Dan mengikuti keberhasilan ini, sang Sheikh meminta agar pyramid dan sphinx juga harus dilenyapkan. Dikhawatiran bakal disembah nantinya. Gitu katanya.
Kalau dipikir, siapa pula dewasa ini yang masih waras pikirannya menyembah Pyramid dan Sphinx? Kekhawatiran dan phobia yang berlebihan seperti ini bisa melumpuhkan Mesir sebagai suatu negara yang berdiri di atas berbagai perbedaan paham, baik yang sesama beragama Islam, maupun dengan yang bergama lain yang berada di Mesir, seperti Kristen dan Yahudi.
Juga mengingat kondisi Mesir yang sedang tertatih tatih menata negaranya yang masih seumur jagung berdemokrasi, mengakomodir kelompok otoriter dan merasa paling benar sendiri akan membalikkan Mesir ke kondisi yang lebih buruk daripada era Mubarrak.
Padahal setelah era demokrasi, Mesir menghadapi masalah yang berat mengenai pemenuhan hak hak mendasar masyarakat. Anggaran negara cekak. Pemerintahan lumpuh, karena tidak mempunyai anggaran untuk bergerak. Pengangguran meningkat. Kemiskinan bertambah.
Selama ini pariwisata Mesir, dengan pyramid, sphinx, mummy dan penemuan era pharaonic yang sangat terkenal ini telah menyumbang pemasukan negara sekitar 27%. Kehilangan sektor pariwisata akan menambah kesulitan negara untuk bernafas dan memberi nafkah bagi kebutuhan dasar rakyatnya sendiri. Jutaan multiplier efek dari sektor ini akan lumpuh sebagai pengangguran.
Selain itu, bukankah peninggalan sejarah dapat sebagai pelajaran bagi kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik lagi? Dan bukankah peninggalan sejarah menjadi bukti bahwa Nabi itu ada? Fir'aun itu eksis? Dan kota kota yang disebut di Al Quran memang wujud dengan peninggalan bangunannya?
Mesir adalah negeri dengan jejak para al anbiya, para sufi dan orang orang soleh. Dan jejak itulah yang bisa diambil iktibarnya. La, terus kok bisa 'arahnya' peninggalan sejarah kek gitu bakal disembah. Aya aya wae...
Semoga pemerintah Mesir menyadari, perbedaan di negaranya adalah fakta sejarah. Dan mensinergiskan mereka kedalam satu pemikiran untuk kemajuan Mesir, lebih besar manfaatnya daripada mengurusin hal hal cemen seperti ini.
Ya sudah, Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H