Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Nama: Yani, Umur 11 Tahun, Status: Menikah

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Emang ada di Indonesia perempuan usia 11 tahun tetapi sudah menikah? Ada! dan aku menemuinya sendiri ketika itu (sebelum ke Kairo).  Yani, berusia 13 tahun, dan dia sudah menikah sejak 2 tahun yang lalu! Suaminya, seorang pemulung dan masih muda usia juga, sekitar 17 tahun, namanya Sarman.

Yani dan Sarman, keduanya perantauan dari Indramayu. Ke Jakarta untuk mencari nafkah, dan tinggal di pemukiman kumuh di sudut Jakarta. Kalau melihat Yani, tidak menyangka deh kalu dia sudah menikah. Karena masih maen karet dan lompat lompatan dengan teman temannya.

Ketika aku menemuinya itu, Yani baru mempunyai anak usia 6 bulan. Dia menikah sejak usia 11 tahun, dan  sudah menstruasi. Ketika menikah, suaminya malah baru 15 tahun. Setelah menikah itu, mereka tidak mempunyai anak hingga 1 tahun. Baru  punya bayi di usianya yang 13. Bayi itu juga banyakan dirawat oleh ibunya Yani, yang ikut tinggal bersama mereka ditempat kecil nan padat ini.

Maraknya pernikahan dini di Indonesia memang memprihatinkan.

Data Bappenas menunjukkan bahwa dari 2 juta pernikahan, sekitar 34% merupakan pernikahan dini, alias dibawah 17 tahun. Dan pernikahan dini ini juga rentan perceraian, dan kekerasan seksual. Pernikahan dini terutama dilakukan di desa desa. Faktor kemiskinan, tidak ada akses sekolah membuat mereka memutuskan untuk menikah dini, jika ada yang melamar. Daripada menganggur di rumah tidak jelas kerja apa, akhirnya ya lebih baik menikah.

Jika tidak menikahpun, para remaja perempuan ini juga rentan direkrut traffiking. Bisa jadi seorang pemuda dari kota punya motor merayu dan memacari, tetapi akhirnya di bawa ke kota untuk 'dijual'. Kasus 'maid sale' di Malaysia, sekali lagi menegaskan betapa memprihatinkan nasib para remaja perempuan miskin di desa desa ini.

Dan walaupun sudah ada beberapa lembaga pemberdayaan perempuan di sini, tetapi tidak mungkin menjangkau semua wilayah terpencil, desa pelosok. Yang diharapkan adalah kepedulian pemda setempat, yang menjadi kantung kantung kemiskinan dan traffiking, untuk memberdayakan daerahnya, secara lebih sistematis, terstruktur.

Kemiskinan yang begitu menjerat dan melilit, emang membuat orang tidak punya banyak pilihan. Termasuk melakukan pernikahan dini, atau 'terjebak' traffiking' dijual ke kota atau ke luar negeri....

Ya gitu saja, Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline