Perempuan yang ditinggalkan
Tidak perlu menangis di kesunyian
Apapun bisa dikerjakan
Mengisi waktu menepis kegetiran
Perempuan yang ditinggalkan. Bahasa timornya: AnFeot Anak. Sebuah ungkapan kesedihan. Dan keputus-a saan. Bisa jadi begitu. Tetapi bisa jadi juga lain, jika nama ini menjadi penyemangat seorang perempuan untuk berbuat sesuatu bagi lingkungannya. [caption id="attachment_213669" align="aligncenter" width="232" caption="Mama Dominggos Obe. Foto by Ilyani"][/caption] Adalah mama Dominggas Obe, yang berinisiatif untuk membentuk sebuah Yayasan dengan nama ini. Yayasan AnFeot Anak. Ini nama sebuah yayasan di nun jauh dibagian timur Indonesia. Di Nusa Tenggara Timur. Tepatnya di kota Kefa Manano, di kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Yayasan ini bergerak untuk memberdayakan perempuan perempuan yang menjadi single alias sendiri atau secara ekonomi sangat lemah, untuk menjadi mandiri. Dengan kegigihannya, mama Minggas (kami memanggilnya begitu) berupaya membangkitkan semangat para perempuan ini untuk mandiri secara ekonomi. Dengan semangat berkeliling ke desa desa, beliau berhasil memberdayakan para perempuan untuk bergerak berjuang dalam kemandirian secara ekonomi. Dimulai dengan memproduksi kain Timor yang unik tersebut, kemudian juga bertani secara organik. Pertanian yang dikelola bisa menghasilkan kacang tanah, kopi, coklat, ubi, talas, jambu mete dan cabe (sebagai tanaman sela). Yang menarik, aku bisa melihat bahwa mereka juga sudah mampu membuat beberapa hasil pertanian dengan nilai tambah lebih. Seperti kopi, sudah dikemas dalam bentuk bubuk kopi. Sementara kakao, sudah dikemas dalam bentuk coklat keras (belum untuk konsumsi akhir, tapi untuk membuat kue). Semuanya menarik dan membutuhkan kreativitas sendiri.
[caption id="attachment_213670" align="aligncenter" width="432" caption="Perempuan NTT, pakaian adat dan hasil produknya. Foto by Ilyani"]
[/caption] Sementara untuk ubi dan talas, dikreasikan menjadi keripik dan kue kue yang lezat. Dengan membuat kue dari bahan baku ubi dan talas, berarti sudah mengurangi ketergantungan untuk membuat kue dari terigu, dimana bahan bakunya merupakan produk impor. Kegigihan mama Minggas memberdayakan perempuan secara mandiri membuat anggota yayasan ini semakin banyak. Kini telah merambah 30 desa, dengan jumlah 5-7 kelompok. Dan masing masing kelompok sekitar 15 orang. Jadi jaringan ini sudah mempunyai anggota lebih dari 2000 orang. Dan untuk lebih membuat lebih baik lagi pengelolaannya, mama membuat koperasi yang menampung hasil pertanian ini, sekaligus juga untuk memasarkannya. Anggota koperasi ini gak cuman perempuan, tetapi juga laki laki. Selama ini, yah, cukup baiklah pemasaran produk mereka. Sudah bisa lebih meningkatkan kesejahteraan perempuan perempuan yang ditinggalkan ini. Semoga semakin banyak model model pemberdayaan perempuan seperti ini. Terutama untuk di daerah miskin. Sehingga tidak perlu lagi menjadi tkw yang dihina di luar negeri. Ya sudah, cintai pangan lokal dan kreasi asli indonesia. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H