[caption id="attachment_183580" align="aligncenter" width="594" caption="KIncir ANgin di Hurgada. Foto by Muassis"][/caption] Beberapa hari yang lalu (Senin, 16 April 2012), sepulang dari Hurgada, pantai indah banget di tepi Laut Merah (Red Sea), ada pemandangan yang cukup menarik di sepanjang jalannya. Di tengah gurun, terdapat beberapa kincir angin yang terpasang. Kincir angin itu berputar kencang, mengikuti arah angin yang berhembus. Wah, ternyata tidak sia sia banyak angin kencang di Mesir. Dari literarur yang saya baca, ternyata angin di pantai laut merah memang yang terkencang di dunia. Terutama, antara Abu Darag dan Hurgada, jalan yang kami lalui, kecepatan angin bisa mencapai 7-12 m/s. (sumber: National Renewable Energy Authority, Egypt). [caption id="attachment_183581" align="aligncenter" width="398" caption="Satu KIncir Angin, Hurgada. Foto by Muassis"]
[/caption] Mesir memang berambisi memanfaatkan energi angin untuk menghasilkan listrik. Target yang dipasang adalah 600 MW, yang dibiayai oleh negara, maupun swasta. Sementara yang kami lihat di Hurgada ini, kapasitas yang dihasilkan mencapai 5,2 MW. (sumber: NREA). Lumayan khan? Beda dengan minyak bumi, atau gas untuk menghasilkan energi listrik, angin merupakan energi yang dapat diperbaharui dan sangat potensial. Tidak perlu bayar, bebas emisi, dan paling praktis. Untuk menangkap angin itu, memang digunakan kincir angin. Kincir angin terdiri dari 2 hingga 3 bilah kipas yang terhubung ke sebatang poros. Poros disambungkan dengan kabel ke generator, dan kemudian energi akan disimpan ke dalam batere. Kemudian, batere dapat menyimpan energi ini atau dihubungkan ke sistem listrik untuk mengubah energi angin menjadi energi listrik. [caption id="attachment_183585" align="aligncenter" width="598" caption="Kota Hurgada. Foto by Muassis"]
[/caption] Di Hurgada ini, energi listrik tersbut digunakan untuk menerangi kota. Selain itu, energi angin ini juga dimanfaatkan untuk menggerakkan pompa, yang digunakan dalam mengalirkan air ke pohon pohon di Hurgada. Pantesan kulihat, kota ini cukup hijau dengan tanaman dan bunga bunga yang sangat indah. Sangat tertata, dengan trotoar yang lebar lebar, rapi dan bersih. Keuntungan energi angin tentu saja bisa mengurangi secara signifikan pemakaian minyak bumi yang sangat berharga dan tidak bisa diperbaharui. Selain itu, penggunaan kincir angin ini, berikut proyek yang mengikutinya, ternyata juga membuka peluang kerja di Mesir. Dan yang terakhir, keuntungan yang di dapat dari sistem ini, distribusi penduduk di Mesir tidak lagi terkonsentrasi di lembah sungai Nil. Tetapi bisa terdistribusi ke area gurun di dekat Laut Merah ini. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia juga mempunyai potensi energi angin yang luar biasa. Terutama untuk pantainya, dimana garis pantai Indonesia merupakan no.4 terpanjang di dunia. Oh iya, kalau angin puting beliung, apakah bisa digunakan juga? Mudah mudahan negeri kita juga aktif mengembangkan energi alternatif ini. Ya Sudah, Selamat Hari Bumi, 22 April. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H