[caption id="attachment_177360" align="aligncenter" width="598" caption="Salah satu peninggalan Dinasti Mamluk, Benteng Qaitbey di Alexandria. Foto by Muassis"][/caption] Beberapa hari yang lalu, kami mengunjungi Islamic's Art di Kairo. Didalam museum ini dilihatin peninggalan seni seni islam seperti arsitektur bangunan, taman, karpet, lukisan lukisan, dan sebagainya. Ada juga peninggalan sains, tetapi minim banget, karena emang fokusnya ke seni (kalau mau yang banyak soal sains, ada di British Museum, London, sedang pameran 1001 invention in Islam). Di museum ini juga terdapat sekilas sejarah Dinati Dinasti Islam di Mesir. Dan begitu melihat bagian mengenai Dinasti Mamluk, langsung deh aku tertarik banget. Disitu tertulis, Mamluke Dinasty; Great Warriors and Art Lovers! Dinasti Mamluk, Pejuang Hebat dan Pencinta Seni! Wah, ok juga tuh istilahnya. Dinasti Mamluk, adalah dinasti yang didirikan oleh para bekas budak. Mamluk = budak. Dan disini emang banyak peninggalan seni Dinasti Mamluk. Sayang ya, tidak boleh memfoto di dalam museum. Yang jelas, ketika Dinasti Mamluk berkuasa di Mesir (1250 M - 1517 M), kegiatan seni dan sains Islam dihidupkan kembali oleh para sultan dinasti ini. Pusat pengetahuan pindah dari Baghdad ke Kairo, karena Baghdad habis dihancurkan dan dibakar oleh Mongol, termasuk perpustakaan terbesar yang ada disana. Para saintis yang terkenal hidup pada zaman ini diantaranya adalah Ibn Khaldun (ahli sejarah), Abul Hasan ali Nafi, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru paru manusia, dan Ar Razi, perintis psikoterapi. [caption id="attachment_177403" align="aligncenter" width="394" caption="Proyek Restorasi Seni Islam, termasuk peninggalan Dinasti Mamluk. Foto by Muassis"]
[/caption] Mengenai seni, yang kulihat di museum ini, kreatif banget seni lukis mereka dan rada diluar pakem seni islam pada umumnya. Karena mereka melukis hewan juga, tetapi hewan yang aneh aneh, seperti kepalanya kelinci, badan kuda. Atau melukis buraq, kuda bersayap yang dikenderai Rasululullah SAW ketika Isra' Mi'raj. Dan lebih menarik lagi soal Dinasti Mamluk ini adalah karena dinasti ini didirikan oleh seorang perempuan, Shajarat-Al Durr. Perempuan keturunan Turki-Armenia ini adalah seorang budak yang dibebaskan dan dinikahi oleh Sultan Ayyubid. Dan ketika sang sultan wafat (yang mengakhir Dinasti Ayyubid), dia mengambil alih kekuasaan sebagai Sultana. Dan dibawah kekuasaan Sang Sultana ini pula, kekuasaan Perancis dibawah King Louis IX yang sebelumnya mampu memukul mundur pasukan Mesir di Mansyuroh (Mesir), di serang balik. Raja Perancis ini memang melewati Mesir sebelum hendak merebut Yerusalem. Dalam serangan balik yang dipimpin oleh orang kepercayaan Shajarrah, Aybars (yang juga eks-budak, dan kelak akan menggantikan Shajarrah sebagai Sultan), pasukan Perancis dipukul mundur, sementara King Louis berhasil ditangkap. Dia dibebaskan pulang ke Perancis beserta sisa pasukannya, dengan syarat membayar 400.000 livre. Tetapi 150 ribunya sampe sekarang belum dibayar. Dan kehebatan yang lainnya Dinasti Mamluk ini adalah kemampuannya untuk menahan serangan Mongol di Syiria. Ekspansi tentara Mongol yang luar biasa, telah sampai Irak, tetapi tertahan di Syiria. Lima kali Mongol berusaha menyerang, kelimanya berakhir dengan kekalahan. Jadi, ketika itu, kekuasaan Dinasti Mamluk yang berpusat di Kairo tersebut mencakup semenanjung Afrika Utara, Palestina hingga Syiria. [caption id="attachment_177364" align="aligncenter" width="614" caption="Mesjid Al Azhar, dibangun oleh Dinasti Fatimid, tetapi diperindah oleh Dinasti Mamluk"]
[/caption] Dinasti Mamluk memang dinasti yang sangat unik dan mungkin satu satunya dalam sejarah kekuasaan di dunia. Bagaimana sebuah sistem kerajaan (sultan), tetapi tidak terikat kepada garis darah keturunan sebagai seorang raja atau Sultan. Dan bagaimana suatu kelas sosial yang dianggap paling rendah, yaitu budak atau kelas ngawulo, - dengan sistem sosial yang egaliter dan demikian dinamisnya, bisa menjadi Raja atau Sultan. Para budak disini memang mendapat haknya atas pendidikan dan perlakuan yang baik (manusiawi). Kemudian, dia dibebaskan. Jadi, seorang sultan dinasti ini bisa dipilih dari bekas budak yang terlihat menonjol kemampuan intelek dan militernya. Kemudian diangkat sebagai sultan. Dinasti Mamluk berakhir, ketika kekuasaan Ottoman Turki sampai hingga ke Mesir pada tahun 1517 M. Mereka, para bekas budak ini masih tetap berkuasa, tetapi tidak lagi sebagai Sultan, melainkan sebagai Emir (sekelas gubernur). sumber: Museum Islamic's Art Kairo. Ya sudah, Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H