Barusan lihat tv Russia Today, ada berita soal jurnalis Al Jazeera yang berhenti karena berita di Al Jazeera sangat bias soal Syiria. Jurnalis tersebut, Ali Hashim, merupakan koresponden Al JAzeera di Beirut yang meliput soal Syiria.
Dia memutuskan berhenti, ketika berkali kali berita dia soal pemberontak bersenjata yang membunuh masyarakat tidak dimasukkan ke berita. Malah berita yang ada, seolah olah korban adalah dari tentara pemerintah Syria. Sehingga pemberitaan ini sangat bias.
Apa yang terjadi di Syiria memang sudah bukan lagi soal demo masyarakat sipil yang ingin demokrasi. Tetapi pemberontakan yang persenjataannya dipasok oleh AS dan Perancis. Dan diantara pemberontak yang dipasok persenjataan tersebut, terdapat kelompok Al Qaeda. Bayangkan, bagaimana Al Qaeda disebut teroris, tetapi untuk kasus Syiria ikutan dibantu dengan persenjataan, demi menjungkalkan Bashar Al Assad. Jadi, tujuannya emang jelas. Gulingkan Bashar Al Assad, gak peduli upaya apapun yang dilakukannya untuk reformasi.
Tidak kira walaupun Syiria sudah melakukan referendum untuk mengakhiri kekuasaan 1 partai. Referendum ini disetujui oleh hampir 90% rakyatnya, untuk memulai reformasi sistem pemerintahan di Syria. Dengan referendum tersebut, Syiria akan memulai pemilu presiden dan parlemen multi partai.
Dan Ali Hasyim tampaknya bukan yang pertama. Sebelumnya, jurnalis idealis Al jazeera juga pernah membuat liputan di Bahrain yang berjudul 'Shout in the Dark'. Rakyat Bahrain yang demonstrasi damai malah ditindas, termasuk dengan kedatangan tentara Saudi ke Bahrain, untuk menekan pada demonstran. Film itu sempet tayang, tetapi kemudian produser berikut jurnalisnya pada ditegur. Dan akhirnya, produsernya tersbeut pun keluar dari Al Jazeera.
Sayang memang soal Al Jazeera ini. Dulunya kirain bisa mengimbangi berita dari CNN, gak taunya malah ikut ikutan bias. Tak kirain bisa mempersatukan kepentingan timur tengah dengan berimbang, smart dan adil, gak taunya ya kok membebek cara menganalisanya. Padahal motonya adalah kebebasan, dan penghargaan kepada hak asasi manusia. Tetapi, tampaknya perjuangan untuk independen dari berbagai kepentingan itu emang berat banget.
Dan untuk ALi Hashim, semoga langkahnya bisa diikuti oleh jurnalis jurnalis lain yang masih punya nurani.
Ya sudah, Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H