Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Mengenang King Faisal Al Saud, Raja Saudi yang Berani Embargo AS

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

King Faisal ibn Abdul Aziz Al Saud adalah Raja Saudi yang menjadi pelopor embargo minyak yang dilakukan negara negara Arab terhadap Amerika Serikat pada bulan November 1973. Embargo ini dilakukan sebagai dukungan terhadap serangan yang dilakukan Mesir dan Syiria terhadap Israel.

Serangan ini sendiri berakhir dengan kemenangan pihak Arab, yang berhasil merebut kembali Sinai ke pangkuan Mesir dan Dataran Tinggi Golan ke pangkuan Syiria. Sebelumnya, 4 wilayah Arab ini (Sinai, Golan, Jalur Gaza dan Pantai Barat), dikuasai Israel melalu perang 6 hari pada tahun 1967, yang dimenangkan oleh Israel.

Kemenangan gabungan pasukan Mesir-Syiria ketika melawan Israel tersebut memang tidak terlepas dari embargo minyak yang dilakukan oleh Raja Faisal. Tentu saja ini signifikan, mengingat Arab Saudi adalah penghasil minyak terbesar di dunia, dengan 25% cadangan dunia berada di negeri gurun ini.

Embargo itu dilakukan karena AS, melalui Presiden Nixon, memberi batuan gila gilaan kepada Israel, berupa 566 pesawat tempur, 22 000 ton bahan peledak, yang dikirim ke Israel. NATO sendiri tidak mau ambil bagian, mengingat kepentingan ekonomi mereka di negara negara Arab.

Embargo minyak yang dilakukan pada musim dingin tersebut memang langsung melumpuhkan ekonomi AS. Seorang pengamat ekonomi memperkirakan embargo tersebut akan membekukan rumah rumah, pabrik, sekolah, rumah sakit, dan ekonomi AS tidak akan pulih hingga sepuluh tahun kemudian.  Ini mengingat bahwa AS adalah pengkonsumsi minyak terbesar di dunia. AS mengkonsumsi sekitar 22,4% minyak dunia, disusul oleh China (9%) dan Jepang (7%).

Dan keputusan embargo yang dipelopori oleh King Faisal ini membuat beliau menjadi sangat dihormati di seluruh wilayah Arab. King Faisal sendiri digambarkan sebagai orang yang soleh, raja yang suka berdialog dengan rakyatnya. Diceritakan bagaimana beliau sering menggelar sajadah di tepi pantai, dan sholat dalam kesendirian bersama alunan ombak. Dan jika berjamaah di mesjid, king Faisal suka mengundang jamaah mesjid makan bersama di istananya. (sumber: The Middle East: The History, The Cultures, The Conflicts, The Faiths)

Sayang, kebijakan dan keberanian beliau tidak berlangsung lama. Beliau dibunuh (jadi inget film Syiriana dan wikileaks, bocornya pembicaraan petinggi AS soal penentuan pangeran di negara Arab yang bakal naik tahta). Dan embargo memang segera berakhir.

Dan sekarang, ketika timur tengah kembali bergolak, dengan tekanan kepada Iran, beranikah Raja Abdullah, Raja Arab Saudi sekarang berpihak? Di luar perbedaan paham agama, karena wahabi ini, aliran di Arab Saudi, merupakan aliran yang cupet, seperti katak dalam tempurung, dan bikin empet, tetapi tetap saja selalu ada orang orang soleh dan tulus di antara mereka.

Dan juga karena kepentingan keamanan, tidakkah mereka lebih aman kalau berbaik baik dengan tetangganya yang terdekat, Iran? Duh, semoga kepentingan yang lebih besar memang bisa mengalahkan ego sektoral.

Ya Sudah, Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline