Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Banjir Kanal Jakarta 38 tahun Tidak Kelar, Smart Tunnel KL 5 tahun Tuntas!

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1326548317424288771

[caption id="attachment_163751" align="aligncenter" width="614" caption="Pengerukan Sungai tidak Tuntas di Jakarta. Foto by Muassis"][/caption] Walah, tahun 2012 kan jadwal banjir besar 5 tahunan Jakarta! Pas tinggal di Jakarta, ada ada aja kejadian banjir yang bikin deg degan gak karuan. Pernah, pas lagi banjir itu, hampir ketinggalan pesawat, dah telat 3 jam-an loh, karena jalanan macet total. Untung gak ditinggal, soale pilot dan kru yang lain juga pada  telat kali, he he... [caption id="attachment_163754" align="alignleft" width="300" caption="Sampah yang Numpuk juga Bikin Aliran SUngai tidak Lancar, Jakarta. Foto by Muassis"]

13265487581459068591

[/caption] Jakarta, Jakarta, kapan sih bisa bebas banjir. Walaupun gubernurnya sekarang lulusan Belanda bagian planologi (tata kota) juga gak menjamin Jakarta bisa punya terobosan untuk bebas banjir. Padahal sudah tepat tuuh, belajar kota bebas banjir dari Belanda, secara Belanda memang terkenal kota kotanya berada dibawah level permukaan air. Jadi mirip Jakarta, yang kotanya berbentuk cekungan di tengah, rentan dengan banjir. Tetapi ngilmu kalo gak dipraktekin ya sami mawon. Sebenarnya, gampang untuk mengatasi permasalahan banjir ini. Rencana tata kota yang komprehensif sudah pernah dibuat sejak tahun 1973, berupa pembuatan banjir Kanal Barat dan Timur. Rencana yang disebut masterplan tata air kota Jakarta ini juga dibantu oleh konsultan ahli ahli dari negeri Belanda. Banjir Kanal tersebut merupakan pengendalian banjir dengan membuat kanal yang memotong aliran sungai baik Kalimalang (Barat) maupun Ciliwung (Timur) untuk melindungi Jakarta dari banjir. Banjir Kanal ini melingkari sebagian besar Jakarta (sumber: wikipedia). Tetapi pelaksanaan itu yang tarik ulur mulu. Dapat bocoran dari temen, katanya tarik tarikan antara pemprov Jakarta dan Pusat yang  bikin proyek ini terhambat terus. Katanya ada bantuan dari Jepang (dulu) untuk pembenahan banjir secara tuntas, tetapi pusat tidak mengijinkan daerah Jakarta menerimanya. Lha kalo urusan dana jadi masalah, terus ada bantuan gak boleh diterima, terus maunya pusat apa? Untuk hitung hitungan biaya, Banjir Kanal Timur direncanakan akan memakan biaya Rp 4,9 trilyun, dengan rincian konstruksi Rp 2,5 trilyun dari pusat (departemen PU) dan Rp 2,4 trilyun untuk pembebasan lahan (dari APBD DKI Jakarta). Dari total pembebasan lahan 405,28 ha, baru dibebaskan 147,9 ha, dengan memakan biaya Rp 700 M. Selanjutnya, pembebasan lahan ini hingga kini memang belum tuntas. Sempet, pas tahun 2010 dulu aku lewat sungai Ciliwung di Kalibata, terdapat pipa pipa gede. Sudah geer, kirain mo membangun banjir kanal. Eh gak taunya membangun jalan layang di Kalibata. Yah gitulah, jadi Banjir Kanal ini tidak pernah lagi diseriusin. Kalo masalah pembebasan lahan, lha tinggal gimana pemerintah melakukan pendekatan dan memberi ganti untung (bukan ganti rugi!) saja toh ke masyarakatnya? Bedanya dengan Smart Tunnel di Kuala Lumpur [caption id="" align="alignnone" width="220" caption="Smart Tunnel ketika test tahun 2007. Sumber foto: wikipedia"][/caption] Kota Kuala Lumpur sebenarnya idem ito dengan Jakarta. Sering banjir, dan kalau banjir sudah kayak lautan menggenangi kota. Makanya ketika menyaksikan NGC beberapa waktu yang lalu soal smart tunnel ini, aku berdecak. Bagaimana tidak, proyek ini adalah proyek membuat terowongan yang sangat besar, yang bukan hanya berfungsi untuk menangkal banjir, tetapi juga mengatasi kemacetan kota Kuala LUmpur. Bahkan jalan raya yang dibuat bisa hingga 3 tingkat jalan. Proyek ini menelan biaya Rp 3,9 trilyun (jadi lebih kecil dari biaya Banjir Kanal Timur alias BKT). Dimulai dengan perencanaan tahun 2002, proyek ini dimulai tahun 2003. Di NGC itu aku melihat, betapa berbagai bangsa bekerja sama. Ada melayunya, bule, india, china. Dan terakhir, ketika terowongan sepanjang hampir 10 km tersebut selesai, mereka mengibarkan bendera Malaysia dengan bangganya. Proyek ini selesainya tahun 2007, pas ketika banjir 5 tahunan juga melanda Kuala LUmpur. Dan tes terhadap dampak banjir pun terlihat. Ketika debit air sungai masih rendah, jalan tingkat pertama yang ditutup. Kemudian ketika debit air mulai membesar luarbiasa, level ke-2 dan ketiga jalan pun ditutup, hingga terlihat debit air yang kencang dan besar memenuhi terowongan. Dan tes ini berhasil dengan sukses, ketika limpasan air dari terowongan itu keluar dengan selamat ke laut. Kota Kuala Lumpur pun tetap kering. Pada tahun 2011 lalu, smart tunnel ini mendapat penghargaan dari PBB  berupa UN Habitat Scroll of Honour Award. Sebenarnya, kita juga mampu. Jauh lebih mampu. Tetapi kendala politis selalu membuat rencana strategis apapun untuk kemashlahatan rakyat selalu hanya jadi wacana. Lha yang diprioritaskan toilet DPR yang harganya 2 M dan banggar yang puluhan atau ratusan M?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline