Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Mbak Jamu, Wajahmu kok ya Ayuuu Tenan...

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pertama kali lihat si mbak jamu ini, aku memang kaget. Lha iya, wajahnya cantik bener. Kulit putih bening, tubuh langsing dan mungil, dan matanya itu loh, coklat terang. Mukanya rada mirip artis Dela Puspita, tetapi dengan raut yang lebih mungil dan lebih cantik. Menurutku loh,he he...

Mbak ini pake kebaya dan jarik batik melilit pinggang hingga ke mata kakinya. Anggun dengan jamu yang digendong di punggungnya. Dan mukanya juga selalu berseri dan selalu tersenyum. Seri mukanya itu karena rajin minum jamu kali, ya...

Mbak ini lewat di depan rumahku di Jatiwarna, pagi hari, pas aku lagi ngerawat bunga bungaku. Langsung aja tak panggil,secara aku memang suka jamu gendong gini. Masih fresh dan hangat. Segelas kecil cuma seribu. Pesennya bisa kunyit asem, beras kencur, atau yang pahit brotowali. Dia juga bawa telur telur kampung untuk yang dimakan mentah dengan madu.

Sambil mesen minuman gitu, aku nanya ke si mbak. Namanya Minah. Asal dari Wonogiri. Dan dia sudah punya suami dengan anak dua orang. Wadaow, yang suka ngegodain pada patah hati kali yaa... Yang jelas, tukang tukang di sebelah rumah yang lagi renov, kalau si mbak lewat, matanya emang gak berkedip, he he...Lha, aku sedang ngobrol aja, jadi pada berhenti kerja, merhatiin si mbak teruss.

Mbak Minah ini emang lebih suka menjual jamu gendong. Karena pagi pagi jam 9-an, jualan sudah ludes. Jadi masih bisa ngerawat anak dan rumah. Maklum, suaminya juga perantauan dari Wonogiri. Profesinya penjual bakso. Setelah si mbak Minah pulang, suaminya deh yang gantian ngider.

Untuk menjual jamu gitu, jam 4 pagi si mbak sudah harus menyiapkan jamunya. Semua bahan mentah, seperti kencur, jahe, kunyit, harus dicuci bersih, terus diparut. Tadinya aku sempet khawatir, jamunya gak asli, karena katanya suka ada yang langsung pake bubuk aja. Tapi si mbak menjamin, bahwa ini asli yang diolah langsung dengan tangan si mbak. Malah dia bilang, untuk kunyit, jahe dan kencur, itu langsung dikirim dari Wonogiri pake karung, karena kualitas lebih bagus dan harga lebih murah.

Pendapatan si mbak lumayan juga loh, untuk kerja sampe jam 9-an gitu.  Sehari bisa dapet Rp 60.000 - Rp 70.000 (karena selalu ludes).  Kalau dihitung bersih, ya bisa untung Rp 40.000 per hari. Sebulan bisa dapet Rp 1.200.000. Itu belum termasuk pelanggan yang minta dibikinin langsung pake botolan. Ya alhamdulillah deh, bisa membantu ekonomi keluarga.Makanya, dari menabung di rantau ini, mbak Minah dan suaminya sudah punya tanah lumayan luas di kampungnya.

Oh iya, terakhir aku ketemu mbak Minah sebelum ke Kairo, mbak ini malah pake kerudung. Tetapi tetap cantik dan anggun dengan kebaya dan jariknya itu. Semoga anak anakmu bisa sekolah tinggi, ya mbak!

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline