[caption id="attachment_104320" align="aligncenter" width="333" caption="Curug Cibeureum di Taman Nasional Gede Pangrango. Foto by Andang"][/caption] Memang ini sudah keinginan lama. Pengen mendaki gunung ala mahasiswa. Walo gak tahu tuh, napas ma lutut masih kuat gak, he he... [caption id="attachment_104321" align="alignleft" width="240" caption="Pepohonan Besar nan Rimbun. Foto by Andang"]
[/caption] Keinginan mendaki gunung ini terwujud pas bulan November tahun 2010 lalu. Perginya gak sendiri atau berduaan aja dengan suami, tapi rombongan dengan teman-teman kantornya suami. Jadinya yang pergi sekitar 10-an orang. tetapi karena rombongan gini, dan saling tunggu tungguan, kami baru berangkat siang ke Cibodas. Dan di Puncak, ampun deh, terkena macet yang luar biasa. Kami baru sampe ke Cibodas menjelang sore. Setelah itu, kami saling bagi bagi beban yang ternyata berat banget. Baru mulai jalan deh, melewati pos masuk ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). TNGP ini mengelola kawasan hutan seluas 15.196 ha. Disini jalan lumayan bagus, sudah diperkeras. Di sisi kiri kanan, kita bisa menikmati hutan tropis yang lebat banget, penuh dengan pohon pohon besar. Dan suara-suara monyet yang berteriak kencang. Tapi kalao dicari monyetnya susah banget. Paling ada 1-2 yang nongol, itupun bergelantungan di pohon yang tinggi dan gede, sehingga susah difoto. Suara-suara burung berkicau juga terdengar meningkahi suasana sepi di dalam hutan. Setelah berjalan sekitar 1,5 km kita akan menemukan Rawa Telaga Biru, semacam danau kecil yang suka berubah warna tergantung ganggang yang sedang ada didasarnya. [caption id="attachment_104328" align="alignleft" width="300" caption="Bunga hutan. Foto by Andang"]
[/caption] Kemudian, setelah menyusuri jalan yang lumayan bagus, eh ketemu jembatan kayu yang sudah pada bolong. Bahaya banget deh, kalau jalan sambil ngobrol, karena bisa terjerumus ke dalam bolongan jembatan itu. Karena hari makin sore menjelang malam, kami langsung jalan terus mendaki gunung Gede. Gak sempat mampir dulu di Curug Cibeureum. Nah, ini dia, jalanan mulai terjal banget ke atasnya. Napas sudah mulai ngos ngosan. Mana hujan deras lagi. Bertambah lah penderitaan itu. Apalagi kalau jalan malem, kan oksigen saingan sama pohon-pohon yang juga mengisap oksigen dan mengeluarkan CO2. Jadinya kerasa, napas memang makin buerrat. Tetapi karena membayangkan puncak gunung, semuanya ditahan deh. Cuma memang nasib juga. Namanya juga bawa rombongan, diantara beberapa orang tersebut sudah ada yang cukup berumur, yang sudah gak tahan banget. Sehingga akhirnya kepala rombongan memutuskan kami memasang tenda di dekat air panas. Itu belum sampe Kandang Badak, area tempat orang rame-rame pasang tenda. Jadi disini inep semalem. Besoknya, alih-alih meneruskan naik gunung, kepala rombongan memutuskan balik saja. Ya sudahlah. Kami balik deh. Di jalan kami ketemu seorang bule yang ikut turun. Nah kalo si bule ini malah sudah sampe puncak Gunung Gede, liat-liat sambil foto foto, dia langsung turun, gak pake inep di tenda. Jadi gak pake istirahat semaleman. Bayangin daya tahan tubuhnya. Sementara kami ini, ampiun deh, pengen sampe puncak gunung Gede, apa daya lutut dan napas gak kuat. Dan pulangnya ini singgah di air terjun Cibeureum. Air terjun ini berada di ketinggian 1.675 dpml. Terdiri dari 3 air terjun, yaitu air terjun utama, Curug Cidendeng, dan 2 air terjun yang lebih kecil, yaitu Curug Cikundul dan Curug Ciwalem. Tinggi air terjun ini sekitar 40-50 m. [caption id="attachment_104329" align="alignleft" width="300" caption="Sungai yang menyejukkan hati. Foto by Andang"]
[/caption] Disini kami mandi-mandi deh. Sejuk sekali airnya. Dan rame banget juga sama pengunjung yang datang. Disini aku agak sebel sama pengunjung yang buang sampah sembarangan. Sampah itu kukutipin dan kubuang ke tempat sampah. Di area ini juga, kupandangi dengan takzim hutan tropis yang mengelilingi air terjun ini. Hutan yang menjadi paru-paru indonesia...paru-paru dunia. Hutan yang dilindungi. Betapa sedikitnya hutan seperti ini dibandingkan hutan yang terus menerus digunduli secara massif. Dan di hari Bumi ini, sebaiknya pula pemerintah memang serius menjaga hutan dengan sebaik-baiknya. Bukankah kompensasi dari negara maju (Norwegia?) telah pula diberikan demi hutan yang terjaga ini? Tapi gak tau lah, lobi-lobi penggundul hutan itu lebih kuat kali... Ya udah, selamat liburan, dan selamat hari Bumi, 22 April. Lestarikan bumi semampu dan sedaya kita, dengan penuh cinta....:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H