Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Antibiotik Resisten Bahayanya Setara Terorisme?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1399023369352071928

[caption id="attachment_334417" align="aligncenter" width="373" caption="Gunakan Obat secara Rasional. Sumber: ibuhamil.com"][/caption]

Bisakah dibayangkan jika gara-gara infeksi ringan seseorang bisa terbunuh karena antibiotik yang digunakan tidak mempan lagi?

Kenyataan ini belum banyak disadari di Indonesia, dimana sebagian daerah perkotaan banyak menggunakan antibiotik berlebihan, tidak rasional. Dan ini juga sudah memakan korban yang tidak sedikit, termasuk kejadian tragis kemarin, ketika seorang bayi usia 20 bulan yang sakit radang kemudian diinjeksi antibiotik oleh dokter.

Lima menit setelah diinjeksi antibiotik, bayi ini langsung wafat. Semoga keluarga bisa mendapatkan informasi yang jelas dan keadilan soal kasus ini, sehingga tidak menimpa anak-anak lainnya.

Di sisi lain, anak-anak di Papua penderita peneumonia, baru 18% yang terlayani pengobatan antibiotik, walaupun sangat memerlukannya. Jadi disini, poin akses tetapi tidak ekses (berlebihan menjadi penting).

Secara global, tahun 2014 ini WHO mengeluarkan peringatan dampak Antibiotik Resisten (ABR) sebagai ancaman dunia yang harus serius diatasi. Di AS, kasus penyakit yang dikaitkan karena bakteri semakin resisten, mencapai 2 juta kasus. Sedangkan yang meninggal tidak bisa terobati mencapai 23.000 orang per tahun.  WHO menyebutkan bahwa kerugian ekonomi akibat ABR di AS mencapai USD 21 milyar (sekitar Rp 210 T, biaya langsung pengobatan) hingga USD 34 milyar (Rp 340 T, termasuk biaya kehilangan produktivitas).

Di Eropa, Kepala Kantor Kesehatan Inggris, Prof. Dame Sally Davies minggu lalu juga mengeluarkan alarm mengenai keseriusan dampak ABR. Bahkan Profesor ini mengeluarkan buku yang berjudul "The drugs don't work". Dalam salah satu interview media,  Profesor ini menyebutkan bahwa ABR sangat berbahaya, setara dengan terorisme.

Di Eropa dampaknya juga kian membesar. Secara keseluruhan Eropa, setiap tahun 25.0000 orang meninggal akibat ABR, dengan biaya yang mencapai Euro 1,5 Milyar (hampir Rp 20 T).

ABR bukan hanya terhadap obat antibitik baru, tetapi juga pada penyakit lama. Terdapat strain baru bakteri TB, dan juga strain baru pada bakteri penyakit kelamin,  gonorrhoea yang semakin resisten diobati (amat kebal). Jadi harus amat hati-hati dan dikontrol ketat penularan kedua penyakit ini.

Langkah di Indonesia

Sejak Januari 2014 Indonesia memang mewajibkan setiap orang mengikuti jaminan kesehatan nasional (JKN) yang berbentuk asuransi. Dengan sistem asuransi ini, tentu diharapkan ada kontrol yang ketat terhadap pembiayaan obat, termasuk antibiotik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline