Lihat ke Halaman Asli

Ilyani Sudardjat

TERVERIFIKASI

Biasa saja

Hebat, Inovasi Siswi SMA Sumsel Juara International Science di AS

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1400748799352094917

[caption id="attachment_337723" align="aligncenter" width="640" caption="Siswi Sumsel Juara di AS. Sumber: Inteldokumen via Kompas.com"][/caption]

Indonesia semakin menunjukkan kiprahnya di tingkat internasional. Terutama generasi mudanya, dengan inovasi pengetahuan yang menjadi alternatif hemat energi bukan saja bagi Indonesia, tetapi juga dunia.

Kiprah itu ditunjukkan oleh 2 remaja SMA Negeri 2 Sekayu dari Sumatera Selatan (Sumsel), Muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma yang meraih hadiah ‘Development Focus Award’ untuk karyanya: kulkas tanpa listrik dan tanpa freon (Green Refrigerant Box). Mereka berdua berlaga di ajang Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2014 di Los Angeles, AS pada 11 - 16 Mei 2014 lalu. Kompetisi Ilmuwan Muda ini diikuti oleh 1700 saintis dari 435 kompetisi di 70 negara.

Untuk kemenangan tersebut, dua ilmuwan muda nan imut ini meraih hadiah USD 10.000. Selain itu, di kategori Engineering: Material and Bioengineering, keduanya meraih juara ketiga senilai USD 1.000.

Krisis Listrik & Potensi Kayu Gelam di Indonesia

Yang menarik, hasil karya dua peneliti belia ini berdasarkan potensi daerahnya yang berlimpah akan kayu gelam (melaleuca cajuputi powell). Keduanya melakukan riset terhadap kemampuan kayu gelam sebagai pendingin, tanpa listrik dan tanpa freon, untuk mendinginkan buah dan sayur. Muhtaza dan Rahma memang menyadari bahwa listrik menjadi kendala yang serius di daerahnya (juga di Indonesia), padahal daerah ini penghasil buah dan sayur yang cukup berlimpah.

Untuk itu, Muhtaza dan Rahma menggunakan kayu gelam dalam membuat kulkas tanpa listrik dan freon tersebut. Dengan pengembangan teknologi khusus, dari suhu awal 28 derjat C, bisa turun menjadi 5,5 C selama 2 jam 20 menit.

Solusi yang ditawarkan ilmuwan muda ini bukan saja menjawab tantangan krisis listrik Indonesia, tetapi juga tantangan perlakuan pasca panen petani buah dan sayur. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), hasil panen di Indonesia berlimpah, tetapi 40% membusuk karena tidak ada perlakuan paska panen dan tidak terserap pasar. Bayangkan saja, berapa kerugian petani akibat hasil komoditasnya membusuk seperti itu.

Selain itu, ternyata Indonesia juga kaya akan kayu gelam. Di Indonesia, penyebaran kayu gelam terdapat berlimpah di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua (sumber: Masripatin). Kayu gelam memiliki keunikan karena sangat toleran terhadap kondisi ekstrim, yaitu salinitas (garam), keasaman dan genangan air.

Kayu gelam memiliki nilai ekonomis yang rendah dibandingkan dengan kayu lain. Di Kalimantan digunakan sebagai cagak penyangga kontruksi baja dan penahan abrasi pantai. Ada kajian juga agar kayu ini bisa digunakan sebagai bahan pembuat kertas.

Semoga, inovasi ini bisa segera dibuat skala massal sehingga bisa dimanfaatkan segera oleh masyarakat Indonesia. Kita tunggu inovasi skala laboratorium ini masuk ke skala lapangan hingga pasar. Jadi tidak sekedar berhenti menjadi buku bacaan di perpustakaan.

Sekali lagi, selamat untuk Muhtaza Aziziya dan Anjani Rahma! Salam Kompasiana!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline