Lihat ke Halaman Asli

Ilya Ainur

Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

Gema Takbir dan Rintik Kerinduan

Diperbarui: 23 Mei 2020   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Hilal telah tampak di beberapa titik di Indonesia. Itu pertanda bahwa sebuah kepastian telah ada. Kepastian tentang tanggal satu syawal yang sudah ditentukan. Ketua MUI sudah mengumumkan dan memutuskan bahwa tanggal 1 syawal 1441 H jatuh dihari Ahad tanggal 24 Mei 2020. Maka hari Sabtu ini umat muslim telah genap menjalankan ibadah puasanya selama satu bulan penuh. Selama 30 hari full. Meski ada perbedaan yang siginifikan diramadhan tahun ini. Tetap tidak menyurutkan sedikitpun semangat ibadah umat muslim di belahan dunia manapun.

Juga tetap tidak menyurutkan sedikitpun semangat dan rasa bahagia untuk menyongsong hari lebaran esok hari. Dimalam takbir ini. Saat telinga hanya mendengarkan seruan takbir dari seluruh mesjid terdekat dari rumah. Tanpa sedikitpun waktu melewatkan mendengar kalam-kalam takbir yang berseruan satu sama lain. Rasa haru mulai terasa. Saat di mana perbedaan itu jadinya terasa. Saat menyaksikan beberapa tulisan kawan di mediasosial. Tengah kesedihan mereka tak dapat pulang kampung untuk bertemu dan bertatap dengan sanak saudara. Banyak potret kesedihan juga yang mereka bagikan di media sosial milik mereka. Tentang potret hanya yang hanya tembok tempat tinggal di perantauan. Menikmati dingin malam dengan gema takbir yang berseru kencang. Menjadikan tangisan di dalam hati menjerit tak tertahankan.

Ingin rasanya menanyakan kepada mereka bagaimana rasanya. Tapi tak sampai hati untuk bertanya. Saya biarkan mereka menikmati waktu mereka meski dalam kepedihan. Saya yakin akan selalu ada makna dan hikmah dibalik setiap kejadian. Saya salut dan bangga kepada mereka yang tetap berjuang melawan rindu dalam kesendirian. Memilih untuk tidak mudik demi keselamatan semua keluarga, kerabat dan sahabat di kampung halaman. Saya yakin usaha kalian tidak akan sia-sia. Gema takbir menjadi saksi betapa hebat dan sungguh luar biasanya kalian. Malam ini kalian didekap oleh lantunan yang syahdu bersama perasaan-perasaan yang akan menenangkan. Biar tangis menetes meski itu memalukan. Jangan dibendung harus dikeluarkan. Namun esok hari kalian tersenyum menyapa keluarga di balik via suara atau video call semata.

Bersama gemaan takbir yang terus terdengar nyata. Telinga ini tak dapat mendengar hal lain kecuali gema takbir indah nan syahdu itu. Diri ini terduduk mengingat betapa nikmat luar biasa yang dirasa hingga banyak kata yang terlewat untuk disampaikan. Lalu ijinkan saya untuk mengatakan bahwa saya meminta maaf atas segala salah dan khilaf. Dari seluruh perkataan dan kata-kata yang pernah tertulis oleh jari saya. Semoga hati yang pernah terpotek akan menerima salam maaf yang tulus dari diri saya. Semoga kita menjadi diri dan pribadi lebih baik lagi ke depannya. Ibadah terus dikencangkan tidak hanya dibulan ramadhan.

Semoga muka bertatap kembali dengan ramadhan tahun depan. Dengan keceriaan diri yang terbebas dari belenggu-belenggu kesedihan tengang kehilangan, kesengsaraan dan pengorbanan. Semoga semua tangisan berubah menjadi senyuman. Semoga sebentar lagi musibah wabah Corona cepat berlalu dan menjadikan kita manusia yang lebih tangguh, tanggung jawab dan berani membuka lembaran baru dengan senyum bahagia. Itu kalam doa saya dimalam takbiran ini. Silahkan kalian sampaikan doa-doa terbaik kalian. Semoga Allah selalu senantiasa mengabulkan doa-doa yang terus dipanjatkan siang malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline