Curhatan Hati Ambyar
Coba hitung kita sudah ada dihari ke berapa puasa nih? Yups bener sudah hari ke 12 aja ternyata ya guys. Bagaimana masih semangat kan? Untuk berlomba-lomba dalam kebaikan untuk meraih kemenangan. Harus tetap semangat dong ya. Bagaimanapun keadaannya kondisinya semangat tetap harus membara.
Ya seperti yang kita tahu semua bahwa kita sedang menghadapi bulan ramadhan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di ramadhan tahun ini kita hadapi dan kita jalani dengan hal-hal yang berbeda. Karena pandemi Corona yang melanda Indonesia bahkan dunia ini begitu mengubah semuanya. Dari mulai penyambutan ramadhan yang biasanya disambut meriah dengan tradisi-tradisi yang ada di masing-masing daerah.
Seperti di daerah saya Tasikmalaya biasanya menyambut ramadhan dengan tradisi munggahan. Saya tidak tahu arti pasti dari kata munggahan. Tetapi biasanya kami orang sunda tepatnya di Tasikmalaya akan mengisi munggahan tersebut dengan berkumpul dengan seluruh keluarga, kerabat, saudara atau bahkan teman-teman dekat. Lalu kami akan ngaliwet yang artinya membuat nasi liwet dan akan makan bersama di atas daun pisang. Juga didampingi oleh makanan dan minuman.
Tapi untuk tahun ini tradisi munggahan itu tidak ada. Kumpul-kumpul dengan teman juga tidak ada. Karena kita juga memang tidak diperbolehkan untuk berkerumun. Bahkan solat taraweh pun yang hanya bisa kita jumpai di bulan ramadhan di beberapa tempat ditiadakan. Salah satunya di mesjid besar istiqlal. Tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran corona. Dan solat taraweh di rumah masing-masing. Tapi alhamdulillah di tempat saya sendiri masih menjalankan ibadah taraweh berjamaah di mesjid. Tapi dengan aturan social dan pshycal distancing tentunya.
Oh ya hari ini bertepatan dengan tanggal 05 Mei ya. Tadi pagi pukul 07.45 kita semua kehilangan seorang seniman yang berdedikasi tinggi di bidang musik campur sari. Dengan bahasa jawa yang kental. Yang juga kita kenal dengan julukan The Lord Father Of Broken Heart Pakde Didi Kempot. Almarhum meninggal diusia 53 tahun akibat serangan jantung. Sebenarnya tulisan saya kali ini ingin curhat tentang kesedihan mendalam yang saya rasakan karena kepergian Almarhum yang sangat tiba-tiba.
Saya sendiri sudah mengidolakan Almrhum Didi Kempot beserta lagu-lagunya diawal tahun 2019. Padahal almarhum sendiri sudah berkarya sejak tahun 1984. Saya bangga terhadap diri saya sendiri bisa bahasa jawa meski saya orang sunda. Dan saya belajar bahasa jawa dari lagu-lagu yang diciptakan oleh Almrhum Pakde Didi Kempot. Sebanyak 700an lagu sudah diciptakan. Terkahir lagu tentang corona pun beliau sudah ciptakan. Salah satu lagu beliau yang saya suka sekali adalah Pamer Bojo dan Cidro.
Tulisan ini saya dedikasikan kepada seniman negeri yang bersinar selalu di dalam hati para penggemar. Dihati para sad boys dan sad girls yang saat ini saya yakin sedang Ambyar hatinya.
Mari kita sama-sama doakan supaya Almarhum Pakde khusnul khotimah diterima di sisiNya dilapangkan kuburnya Amiin.
Mari kita contoh semangat dan kerja keras beliau. Supaya kelak Indonesia dihiasi oleh karya-karya anak bangsanya. Meski kehadiran Pakde Didi dihati tidak akan pernah terganti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H